Cari Blog Ini

Kamis, 31 Januari 2013

Journey Part 2

Bandung-Garut-Tasikmalaya-Banjar-Cilacap-Purwokerto-Kutoarjo-Wates-Yogyakarta subhanallah menempuh perjalanan selama 13 jam muter-muter. Kalo mau dibilang lelah, sungguh melelahkan, tapi bila dinikmati asik juga jalan-jalan jadi tau daerah-daerah yang selama ini hanya dilihat Iewat peta atau televisi. Alhamdulillah menjelang subuh saya sampai di kosan adik tersayang: Jurni Hayati, di daerah UGM tepatnya di Jl kaliurang karang gayam. Suasana kosan ngak jauh beda seperti yang sering diceritakan adik saya. Saya disambut ramah oleh mereka, rasa persaudaraan terasa begitu kental, yah persaudaraan karena islam mengalahkan segalanya, saya yang pertama kali datang ke sini tak merasa asing, bahkan terasa seperti saudara yang lama tak bertemu. Kosan ini khusus buat para “akhwat”, sehingga suasananya insya Allah terjaga. Saya jadi inget, banyak orang-orang bilang di UGM itu lingkungannya kurang bagus terlalu babas, padahal banyak juga lingkungan yang baik tergantung kita mau pilih lingkungan yang mana.

Hari pertama saya diajak memancing oleh adik dan temen-temen kosan, tempatnya di kolam pemancingan babakan sari, kami konvoi menggunakan sepeda motor, wah pengalaman pertamaku mengendarai motor di Jogja, ternyata ada macet juga ya apalagi hari libur menjelang tahun baru. Beruntung dapat pinjaman motor dari sahabat dek Jurni, jadi ngak repot-repot naik angkot. Memancing sebenarnya saya suka, tapi merasa jijik kalo harus pasang umpan cacing, tapi akhirnya ku pasang juga karena yang lain sudah sibuk masing-masing. Saya mulai memancingria dengan gayaku sendiri, beberapa kali menjatuhkan umpan belum ada tanda-tanda ikan menangkapnya, disinilah hikmah kegiatan memancing melatih kita untuk bersabar, akhirnya senar pancing itu bergerak-gerak seperti ada yang menariknya, tak ingin hilang kesempatan segera kutarik ujung pancing itu, betapa senangnya melihat seekor ikan yang bergelayutan di ujung senar itu ukurannya lumayan besar kalo ditimbang mugkin sekitar 0,5 kg. Semakin penasaran saya pancing lagi dan lagi sampai satu jam saya mendapatkan beberapa ekor ikan, adikku dan teman-teman yang lain tak kalah asiknya mereka juga mendapatkan banyak ikan, alhasil ikan pancingan kami mencapai 10 kg,  karena hari semakin siang kami memutuskan untuk menyudahinya. Kami  serahkan hasil pancingan kepada pemilik kolam, mereka yang memasak, tinggal kita minta menu apa, bisa digoreng, dibakar atau yang lainnya. Lumayan murah dengan menu yang enak dan makan sepuasnya bahkan dibawa pulang kami hanya membayar 190 ribu untuk porsi 10 orang, itu sudah termasuk nasi, sayur dan sambel lho. Nah ini rekomendasi buat kalian yang suka memancing, silahkan mencoba.

Hari kedua tepat tanggal 1 Januari 2013 saya bersama dek Jurni dan dua sahabatku yang juga sedang studi S2 di UGM pergi ke taman pintar. Wah ini benar-benar pengalaman luar biasa dan perlu menjadi pertimbangan kalian juga bila ingin berkunjung kesana. Mulai dari perjalanan yang super macet sampai membludaknya pengunjung sehingga bukannya refressing justru bikin stress. Ini karena bertepatan dengan hari libur nasional sehingga banyak sekali pengunjung dari berbagai daerah bahkan dari luar Jogja. Sebenarnya liburanku ini bukan sengaja mengambil moment tahun baru, tapi karena liburan sekolah bertepatan dengan tahun baru maka jadilah terkena imbasnya. Beruntung ketika masuk ke sana banyak ilmu yang didapat, misalnya kita bisa memahami hukum-hukum dasar fisika dengan permainan yang asik seperti pemantulan bunyi, bayangan tiga dimensi, gaya magnet, energi elektromagnetik, perubahan energy sampai yang paling rumit dan canggih seperti perakitan nuklir. Subhanallah, sungguh taman penuh ilmu pengetahuan semoga bisa menjadi sarana mencerdaskan. Oya tiket masuk ke sini tidak terlalu mahal lho cuma 10 ribu perorang. Memperhatikan waktu sangatlah penting karena berhubungan dengan kenyamanan kita, nah saran saya kalo mau berkunjung ke sana atau ke tempat wisata manapun jangan bertepatan dengan hari libur nasional seperti libur hari raya, libur sekolah apalagi libur tahun baru wah…bisa bikin stress. 

Lanjut setelah dari sana kami meluncur ke UNY tempat IBF Yogyakarta, hunting buku, ini tips juga lho buat kalian yang suka beli buku jangan lewatkan moment IBF karena semua buku didiskon jadi lumayan menghemat. Sedikit info kalo di Jakarta ada tiga episode untuk Book Fair, pertama IBF (Isamic Book Fair) sekitar bulan maret setiap tahunnya, kedua JBF (Jakarta Book Fair) sekitar bulan Juli dan ketiga IBF (Indonesian Book Fair) sekitar bulan November. Tapi kalo buku-buku islam terlengkap ya di IBF yang pertama.

Hari berikutnya kami mengunjungi Masjid Agung Keraton sekalian sholat ashar di sana, masjid ini tampak sederhana, sepertinya memang sengaja tidak direhab menjadi lebih megah, mungkin untuk mempertahankan keasliannya. Kemudian lanjut ke museum kereta, tiket masuk ke sini 3 ribu per orang, di sini kita bisa melihat berbagai macam jenis kereta yang digunakan para raja dan permaisuri keraton Yogyakarta zaman dulu. Terus dekat sana ada alun-alun utara bila ingin mampir untuk berbelanja oleh-oleh. Tiga tempat itu letaknya berdekatan sehingga bisa sekalian dikunjungi. 

Lanjut, sore itu waktu masih menunjukkan pukul 4.15 kami memutuskan pergi ke pantai parang tritis, perjalanan menggunakan sepeda motor sekitar 1 jam, ini pengalaman pertamaku mengendarai motor jarak jauh setelah 2 tahun tidak melakukannya. Subhanallah, prestasi bagi saya, kami tiba pukul 5.05. Setelah parkir motor, kami segera berjalan ke bibir pantai. Kangen dengan suasana pantai, cukup lama tidak menikmati semilir angin pantai mungkin sekitar 8 bulan lalu waktu rihlah ke kepulauan seribu bareng teman-teman ngaji. Mataku segera menyapu ke seluruh penjuru, suasana lumayan sepi hanya ada beberapa orang lain yang sedang menikmati suasana pantai bersama keluarga atau teman-teman mereka, alhamdulillah ini moment yang tepat karena tidak bertepatan hari libur jadi tidak terlalu ramai. 

Tiba-tiba saya berfikir sesuatu sambil menunjuk ke arah barat “dek kalo kita berlayar terus ke arah barat nanti akan sampai ke pantai panjang Bengkulu lho” kataku kepada dek Jurni dan adek sepupuku: Bayu dengan gaya sedikit sok tau hehe…tapi beneran saya tau dengan bekal sedikit pelajaran geografi yang ku pelajari waktu SMP/SMA dulu. Nah kalo dibandingkan, menurutku pantai panjang lebih asri dan indah dengan hamparan pasir putih dan jejeran pohon cemaranya. Yang membuat menarik pantai parang tritis ini jejeran bukit yang mengelilinginya. Kami tak sempat bermain air karena waktu terbatas, hanya naik kereta kuda menyusuri pantai bersama pak kusir, rasanya eksotis juga, untuk ini kami membayar 20 ribu sekali putar. Hari semakin sore, maksud hati ingin menikmati sunset senja itu namun mendung menutupinya, sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Tapi tak perlu menyesal, ini sudah kehendak-Nya, ini adalah rahmat-Nya, bersyukur dan berdo’a adalah tindakan paling tepat. 

Karena di atas sana mendung semakin pekat, kami memutuskan untuk segera pulang. Gerimis sudah mulai merintik kami terus melaju tak memperdulikannya, hanya khawatir nyampe kemalaman. Pertengahan perjalanan hujan semakin deras, kami kesulitan mencari tempat singgah untuk menunaikan sholat maghrib akhirnya karena tubuh sudah basah kuyup kami terus melaju membelah hujan. Sampe di kosan pas adzan isya, jadilah sholat maghrib dan isya di jama’ ta’khir. Astagfirullah…

Hari berikutnya saya tak ke mana-mana istirahat saja di kosan dek Jurni, badan terasa remuk redam setelah kehujanan semalam. Baru sorenya ikut kajian HIMPAS UGM, kumpul dengan mahasiswa jadi berasa mahasiwa lagi deh. Temanya cukup menggugah “Mencari Tuhan yang Hilang” mungkin tema ini diagkat karena fenomena semakin banyaknya jiwa-jiwa yang lalai mengingat Allah karena urusan duniawi semata, naudzubillah… Pada intinya Allah takkan pernah hilang, kitalah yang seringkali menjauh dan menghilangkan diri. Tips yang saya peroleh dari kajian ini: 
  1. Mengenali diri sendiri (bila kau mengenali dirimu maka kau akan mengenali Tuhanmu)
  2. Bersegera memenuhi panggilan Allah (sholat tepat waktu) 
  3. Membaca, mengkaji dan mengamalkan Al Qur’an
  4.  Mengikuti sunnah Rosulullah SAW
Sebenarnya tips ini sudah sering dibaca dan didengarkan, tapi manusia itu memang harus sering diingatkan supaya tidak lalai, karena lalai merupakan salah satu sifat manusia. Jadi jangan pernah bosan untuk diingatkan dan mengingatkan (saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran; QS. Al Asr: 3).

Hari terakhir di Jogja, saya bersilaturrahim ke rumah mbak Ummi, beliau adalah kakak tingkatku waktu di kampus dulu, walaupun beda fakultas namun kami sering bersama-sama di LDK dan pernah satu kosan juga, jadi sudah sangat dekat. Beliau sekarang tinggal di Jogja tepatnya di daerah bantul bersama suami dan anaknya. Kami bercerita panjang lebar melepas kerinduan setelah 2 tahun tak berjumpa. Satu hal lagi yang membuatku belajar dari beliau, tentang kesabarannya, beliau begitu sabar dan telaten mengurus anaknya yang dalam kondisi belum normal. Bayangkan kawan, anak usia 10 bulan harusnya sudah bisa duduk bahkan berjalan namun bocah kecil itu masih terbaring lemah, otot kaki dan tangannya tampak kaku dan belum bisa digerakkan. 

Mbak ummi bercerita bahwa keadaan anaknya seperti itu bukanlah dari lahir, dulu ketika usianya tiga bulan ia terkena demam tinggi namun karena lambatnya penanganan ia menjadi kejang-kejang hingga terkena step. Step adalah penyakit yang rentan menyerang balita dan anak-anak yang ditandai dengan demam tinggi, kalo kondisi parah maka akan menyebabkan kejang-kejang, nah inilah yang membahayakan bila sudah kejang-kejang maka ada saraf yang rusak. Itulah yang terjadi pada bocah mungil itu hingga belum bisa berjalan dan berkata-kata, namun dari wajahnya yang polos itu ia selalu memancarkan senyum tanpa beban. Untuk kesembuhan si kecil mb Ummi sedang mengusahakan terapi agar bisa kembali normal. Semoga adik kecil diberi kesembuhan oleh Allah dan diberi kesabaran pada kedua orang tuanya. Perlahan air mataku mengalir penuh rasa haru, menyadari begitu banyak nikmat yang patut  disyukuri termasuk nikmat kesehatan, cara mensyukurinya adalah menjaganya.

Malam terakhir suasana mengharu biru, lantaran sebentar lagi waktu perpisahan dengan adinda tersayang, sahabat, dan saudara-saudara baru di sini akan segera tiba, besok pagi saya harus melanjutkan perjalanan. Dalam keharuan ini kami semakin terharu karena mendapat berita gembira, dek Jurni lulus tes PAPS dan ACEPT di UGM, artinya dia positif melanjutkan studi di sini, cita-citanya yang sejak lama, Alhamdulillah, do’anya terkabul. Tak ada yang paling indah dalam hubungan saudara selain melihatnya bahagia, Barokallah ya dinda…semoga ini adalah tapak-tapak menuju cita-citamu…semoga Allah memudahkannya, aamiin…

Dengan berat ku tinggalkan kota ini, entahlah… ada harapan yang masih tertinggal di sini namun langkah harus tetap berpacu. Ku titipkan harapan itu pada Sang Khalik, semoga mewujud pada waktu yang Allah kehendaki…

*******

Perjalananku berlanjut ke Semarang mengunjungi sahabat penaku: Ania Maharani, karena janji adalah hutang jadi saya berusaha memenuhi janji padanya. Dari terminal Jombor Jogja tepat pukul 9.30 saya melaju bersama bus Ramayana menuju Semarang. Tubuh terasa lelah namun mata tak mau terpejam, saya menikmati perjalanan yang melewati bukit-bukit hijau nan asri terasa sejuk memenuhi rongga dada, hamparan hijau di kanan kiri jalan itu membuatku bertafakur betapa Rahman dan Rahimnya Allah, pantaslah bila negeri ini dijuluki “gemah ripah loh jenawi” apapun yang ada di sini tumbuh subur. Mungkinkah negeri ini adalah atlantik yang hilang? Yang pernah ku baca di The Lost of Java dan majalah Earth, wallahu a'lam bish showab. Melihat keberlimpahan ini, bagaimana mungkin masih banyak manusia yang kelaparan, hidup dibawah garis kemiskinan, sungguh tak relevan, mungkinkah sudah terlalu banyak hati yang terlampau egois, hingga tak lagi memikirkan orang lain. Fikirku melayang jauh ke masa depan, inginku kian menguat: membangun peradaban. Dan butuh tapak-tapak untuk menuju ke sana, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari yang kecil dan dimulai dari sekarang.

Tepat pukul 13.00 saya tiba di terminal kukun Semarang, karena pengalaman pertama ke kota ini, saya bertanya ke sana sini menanyakan posisi swalayan ADA, saya di minta ukhti Ania menunggu di sana. Tak berapa lama ia datang dengan sepeda motornya, kami berpelukan mesra untuk yang ketiga kalinya setelah di Bandung waktu itu. Kami segera meluncur, sayapun tak tau akan dibawa kemana, setelah diperjalanan barulah ia bilang bahwa kami akan ke masjid UNDIP, sholat zhuhur di sana. Tak pernah membayangkan akan sampai ke kampus ini, setelah sholat zuhur saya diajak berkeliling mengitari kamus, suasana hijau nan asri, tata ruang yang indah membuatnya nyaman dipandang. Sayang tak sempat mengunjungi perpustakaannya, jadi penasaran. 

Setelah ashar kami segera meluncur mencari tempat untuk memenuhi hak jasad, baru terasa kalo belum makan siang. Saya diajak mampir ke tempat makanan khas Semarang: soto ijo. Kami memesan dua mangkok soto, sambil menunggu pesanan kami bercerita banyak hal tentang pengalaman masing-masing, sampai hal yang paling sensitif “Pernikahan” saya dikagetkan dengan pertanyaan ukhti Ania yang secara polos dan tiba-tiba “sudah punya calon mb?” dengan senyum simpul, saya berusaha menetralisir kekagetan itu dan berkata “belum ukh, yah mungkin Allah sedang mengajarkan untuk bersabar, so slow but sure” hanya itu kata-kata yang keluar, entahlah. Pesanan sudah dihadapan, kami segera menyantapnya dengan lahap, wah ini laper apa doyan ya? Kayaknya dua-duanya deh…rasanya enak, ada sensasi lain dari soto yang pernah ku makan karena banyak ditaburi daun bawang, itulah kenapa dinamakan soto ijo, harganya pun cukup terjangkau hanya 11 ribu per porsi. 

Dari sana kami lanjut ke MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah), cukup jauh perjalanan menuju ke sini memakan waktu sekitar 30 menit. Subhanallah, luar biasa sampai di pelataran masjid saya merasakan seperti berada di Timur Tengah, desain masjid yang mirip masjid Madinah, semakin membuat rindu untuk ke sana, kapan ya???. Yah ukhti Ania bilang masjid ini di desain memang mirip dengan masjid Madinah, ada payung raksasanya yang biasanya dibentang pada saat sholat jum’at. Kami buru-buru menuju menara yang biasa untuk tempat naik melihat pemandangan kota Semarang, sayang kami terlambat, ternyata ada batas waktu untuk naik ke sana, jam 17 .00 loket pembelian tiket ditutup dan baru dibuka lagi jam 18.30 ini untuk menghindari waktu sholat maghrib. Kami turun kembali menuju masjid mempersiapkan diri untuk sholat maghrib. Ini adalah sholat perdanaku di masjid MAJT, Alhamdulillah diberi kesempatan bertemu Allah di sini rasanya damai sekali. 

Oya sebelum sholat kami sempat bermuroja’ah, sahabatku melantunkan surat Al-Mu’minun bersama artinya, subhanallah sungguh indah bila kita menghayati arti surat ini Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sholatnya dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna dan orang yang menunikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa yang mencari dibalik itu (zina), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan sungguh beruntung orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara sholatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi. Yakni yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Mu’minun: 1-11), aamiin ya Robb…semoga kami termasuk orang-orang yang beriman dan mewarisi surga Firdaus. Tak terasa air mata menetes, pantaskah diri yang penuh dosa ini mengharap surga-Nya, Walllahu a'lam bish showab. 

Usai sholat kami segera menuju lobi menara, ngantri tiket, Alhamdulillah dengan tiket 5 ribu perorang kami naik menggunakan lift. Melihat pemandangan “Semarang di waktu malam”. Lampu-lampu berkerlap-kerlip di bawah sana bagai bintang bertaburan di atas permadani, subhanallah sungguh indah, ditambah hembusan angin yang menderu deras seperti hendak menerbangkan tubuh kami. Ternyata benar adanya analogi "semakin tinggi pohon semakin kencang angin menerpa" begitulah kehidupan, pohon ibarat diri kita yang semakin dewasa dan angin ibarat masalah yang kita hadapi, semakin dewasa permasalahan semakin kompleks, tapi tahukah kawan, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah, bukan menghindar atau terbang ikut bersama masalah. Setelah puas kami turun dan segera meluncur ke rumah ukhti Ania, hujanpun mengguyur kami di perjalanan.

Karena lelah yang luar biasa saya tertidur, kami tak sempat bercerita banyak malam itu, beruntung bisa bangun jauh sebelum subuh menyempatkan diri mendekat kepada-Nya. Ba’da subuh barulah kami berbincang-bincang bersama ibu, emh…jadi kangen ibuku. Pagi-pagi sekali aku diajak ukhti Ania kajian minggu pagi, tapi lupa dimana tempatnya. Yang jelas memperoleh ilmu juga disini, Alhamdulillah bila kita mau dimana saja bisa menambah ilmu. 

Selesai acara, saya mengira kami akan segera pulang namun Ukhti Ania memang membuatku penuh kejutan, karena tak ada rencana sebelumnya, tiba-tiba saya merasa tidak melalui jalan pulang, perjalanan selama sekitar 30 menit mengantarkan kami ke sebuah tempat yang pernah ditunjuki ukhti Ania semalam: Lawang Sewu. Lawang sewu itu bahasa jawa artinya pintu seribu, bagunan ini memang mempunyai banyak pintu, di setiap ruas baguannya terdapat pintu. Bagunan ini adalah salah satu peninggalan zaman Belanda, dulu tempat ini digunakan sebagai stasiun. Untuk masuk dikenakan tiket 10 ribu perorang. Kami berkeliling, di sana sini banyak ruangan kosong yang belum terisi, menurut Ukhti Ania bagunan ini memang baru di aktifkan, sehingga masih tahap rehabilitasi. 

Ternyata ada ruang bawah tanah juga, karena penasaran kami memutuskan untuk masuk dengan tiket 20 ribu perorang. Untuk masuk kami diwajibkan menggunakan sepatu boat dan senter dan ditemani seorang pemandu. Perlahan-lahan kami menuruni tangga menuju ke ruang bawah tanah, suasana gelap, beruntung menggunakan sepatu karena di dalam ruangan semua terisi air, jadi ngak basah saat menginjak air. Mula-mula air semata kaki semakin ke tengah air semakin dalam, bapak pemandu kami menjelaskan bahwa air ini sengaja digenangkan oleh orang Belanda dulu, fungsinya untuk mengokohkan bangunan agar kuat terhadap gempa, juga sebagai pendingin ruangan, karena dulu belum ada AC, sehingga dinginnya ruang bawah tanah akan merambat melalui dinding-dinding ruang kemudian naik  ke ruang atasnya, efeknya ruang atas akan menjadi dingin. Tapi pada zaman Jepang ruang bawah tanah ini dialih fungsikan menjadi tempat penyekapan para pejuang Indoneia. Tak terbayang begitu kejamnya penyiksaan terhadap mereka dulu, di sekap berhari-hari bahkan berbulan-bulan diruang pengap dan sempit seperti ini hingga banyak yang meninggal. Masya Allah, semoga mereka yang beriman syahid di jalan-Nya, aamiin…

Setelah dirasa cukup kami segera meluncur menuju tempat oleh-oleh khas Semarang, saatnya berbelanja oleh-oleh, beberapa makanan khas Semarang teredia di sini, ada wingko babat dan lunpia, saya memilih wingko babat, karena lunpia tidak tahan lama, saya khawatir sampe Cikarang teman-teman tidak bisa menikmati. Ada kisah romantis antara saya dan ukhti Ania, kami saling memberi hadiah, ia memberiku hadiah ornament sepasang kura-kura kecil sedangkan saya memberinya sebuah bross, bahagianya ^_^ semoga itu sebagai kenangan tak terlupakan ya ukhti ^_^

Sore itu tepat tanggal 6 Januari 2013 Jam 17.00 perlahan-lahan saya meninggalkan kota semarang. Selamat tinggal Semarang, semoga diberi kesempatan lagi kembali ke sini, aamiin…

NB:
buat: ukhti Ania, adindaku Jurni, ukhti Nanda, Mb Ayi, dek Melia, dek Fatin, dek Endah, mb Umi, dek Bayu dan semuanya Jazakumullah khoir telah membuat liburanku penuh hikmah ^_^ bahagianya bersilaturrahim dengan kalian, semoga ada kesempatan lagi menoreh cerita lebih dahsyat…




Journey Part 1



Liburan kali ini aku mengagendakan untuk tidak pulang kampung, bukannnya tak rindu namun ini ku manfaatkan untuk mengunjungi adikku tersayang dan sepupuku di kota Jogja, tentu saja ini atas persetujuan ayah dan ibu, karena mereka belum sempat mengantarkan adikku saat ia memutuskan melanjutkan studinya di sana. Perjalananku diawali singgah di kota kembang, sudah 2 tahun aku di tanah ini baru kali pertama berkesempatan menginjakkan kaki di kota Bandung, rasanya hmmm sesuatu…Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan untuk melihat dunia lebih luas. 

Tujuan utamaku di kota ini bersilaturrahim pada dua adik tingkatku dulu: Yopi dan Salati mereka berdua sekarang sedang melanjutkan studinya di UPI, selain itu travelling hoby ku. Kedatanganku di kota bandung disambut rinai hujan yang mengguyur deras sejak diperjalanan, setelah bertanya pada kondektur aku turun pas di depan gang alamat yang diberikan dek Yopi, rupanya tidak terlalu sulit menemukan gang Darut Tauhid karena sebagian besar masyarakat di sini tau. Namun aku belum sampai pada alamat rumahnya, aku hanya disuruh menunggu di depan gang, lumayan 30 menit aku menunggu dek Yopi belum datang-datang juga. Ku telpon berkali-kali nomor dua-duanya ngak aktif, disms tak terkirim, ada apa gerangan? Wah ini gawe ngak punya nomor alternatif yang bisa dihubungi, akhirnya aku pasrah menunggu sambil membaca al ma’surat hingga selesai, Alhamdulillah rentang penungguan yang bermanfaat daripada dibuat gelisah. Pas adzan magrib, dek Yopi belum datang juga, saat itulah aku baru terfikir menghubungi kakaknya di Bengkulu yang juga sahabat karibku. 

Tak berapa lama kemudian dek Yopi datang dengan senyuman ramahnya menyambutku, rupanaya dia tertidur karena kelelahan habis ikut acara pelatihan manasik haji dan nomor dua-duanya mati. Huu hatiku lega, kami segera meluncur menuju kosannya yang tak jauh dari Darut Tauhid dan UPI. Kami segera sholat maghrib kemudian makan malam, karena lelahku kami belum bayak bercerita malam itu. Hari pertama di Bandung aku diajak dek Salati, keliling kampus UPI dan kemudian mengubek-ubek perpustakaan, aku tertarik membaca buku-buku tentang pendidikan, agaknya tuntutan frofesi juga hehe… karena UPI adalah pusatnya Universitas Pendidikan jadi wajar saja kalau buku-buku yang tersedia sebagian besar tentang pendidikan. Namun sepertinya buku-buku itu banyak tidak di tempatnya, maklum saja karena persiapan ujian akhir semester mungkin sudah diborong habis oleh mahasiswa, he… jadi ingat aku dulu kalo suasana ujian koleksi buku deh. 

Malam kedua di kota Bandung kami kedatangan tamu, teman SMA dek Salati, dia bernama Gita, seorang akhwat dari Bengkulu juga, setelah berkenalan dan bertanya-tanya ternyata Gita sedaerah denganku, Subhanallah jadi semakin akrab saja ketemu orang sedaerah di rantau. Ternyata dia seorang penulis dan akan melouncingkan buku perdananya ”From Zero to Zero” dalam waktu dekat. Alhamdulillah sharing dengannya penuh motivasi.

Hari ke dua agendaku ketaman bunga dan kebun stroberry letaknya tidak begitu jauh kalau dari UPI hanya naik angkot satu kali, searah ke kampung gajah, jadi kalo ketempat ini tiga tempat tersebut bisa sekaligus dikunjungi. Lumayan juga untuk masuk ke kebun stroberry perlu membayar 20 ribu, tapi kita bisa memetik stroberry sendiri, sehingga menambah seru perjalanan ini. Oya sebelum beragkat, pagi-pagi sekali aku di temani Gita dengan naik motor bertemu sahabat blogerku: Ania Maharani, sungguh merupakan kehendak Allah kami bertemu di sini, tak sengaja kemarin aku membaca status FBnya bahwa dia sedang di Garut dan akan segera meluncur ke Bandung, padahal jauh hari sebelum liburan aku sempat berjanji dengannya akan mampir ke Semarang setelah dari Yogya, namun pertemuan itu lebih cepat dari yang direncanakan, tak ada kata lain selain Subhanallah…”Qodarullah: apabila berjodoh maka Allah akan mempertemukan” status FB Ania Maharani. Kami bertemu dengan penuh rasa haru, berpelukan mesra seakan-akan telah bersahabat selama bertahun-tahun. Yah itulah ukhuwah, bila hati telah terikat ukhuwah, maka usia persahabatan bukanlah batasan. Ternyata ukhti Ania ditemani ibunya, emh…senangnya bisa berkenalan dengan ibu jadi ingat ibuku ^_^. Tak banyak waktu kami bertemu karena ukhti Ania akan segera meluncur ke Boscha: tempat teropong bintang di Lembang, ya ngak apa-apalah bertemu saja sudah sangat bersyukur, insya Allah aku akan mampir di Semarang nanti, akhirnya kami berfoto bersama sebelum berpisah, so sweet ^_^

Malam ketiga aku bersama dek Yopi dan dek Salati menyempatkan diri ke Masjid DT mengikuti kajian Ustad Aa Gym tema tentang “Taubatan Nasuha” Subhanallah, banjir air mata mendengar ceramah beliau, menyadari diri ini yang begitu banyak dosa namun kadang lalai memohon ampunan. Ya Robb…ampunilah kami yang lemah dan banyak dosa ini…rasanya tak pantas mengharapkan syurgaMu….tapi kami sangat takut dengan NerakaMu…Robbi ghfirlii…warhamnii…wajburnii…warfa’nii…warzuqnii…wahdinii…wa ‘aafinii… wa’fu’annii…

Hari jum’at aku dan dek Yopi merencanakan mengunjungi tiga tempat yaitu museum geologi, gedung sate dan monument pancasila karena posisi ketiganya ini berdekatan sehingga kami memakai prinsip sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Namun apa mau dikata manusia hanya berencana, ketika tiba di museum geologi, kami bertanya kepada penjaga gedung ternyata hari jum’at museum libur, justru hari minggu dibuka, yah sedikit kecewa, semoga ada keempatan dilain waktu, akhirnya kami hanya berfoto-foto di bebatuan depan gedung. Lanjut setelah dari sini kami menuju gedung sate yang tak jauh dari museum geologi, lagi-lagi Allah belum mengizinkan kami untuk masuk ke dalamnya, di depan gedung itu berderet-deret polisi dan para demonstran, katanya sih mereka dari Cirebon yang menuntut pemilukada ulang karena dinilai tidak fair. 

Akhirnya kami menuju museum pancasila, cukup jauh juga kalau ditempuh berjalan kaki, yah karena tidak punya kenderaan sendiri dan tidak ada angkot jadilah kami berjalan menyusuri trotoar alun-alun kota Bandung. Hem lega rasanya setelah sampai tujuan, kami segera masuk, tentu saja memperoleh izin dulu dari penjaganya. Agak aneh, kami hanya disuruh mengisi nama dan paraf saja, ngak ada tarif tiketnya, setelah itu kami dipersilahkan masuk dengan ditemani seorang satpam, suasana bagunannya masih baru, kami menyusuri lorong-lorong agak gelap dan ruangan-ruangan masih banyak yang kosong, pak satpam menjelaskan monument ini memang dibangun sekitar tahun 2007 dan selama rentang itu belum diaktifkan karena perangkatnya belum lengkap, hingga kini museum ini masih dalam tahap persiapan dan pembenahan.

Itulah ceritaku selama tiga hari di kota kembang, hari sabtu aku meluncur ke Yogya melanjutkan perjalanan, berangkat dari terminal Cicaheum tepat jam 14.00 menuju Yogyakarta. Alhamdulillah, semoga ada kesempatan lagi ke kota ini mengunjungi Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Boscha dan lainnya yang belum sempat aku singgahi ^_^

Jumat, 18 Januari 2013

Untukku dan Untukmu Sahabat

Bissmillaahirrohmaanirrohiiim…


Rasanya tak habis fikir, mengapa dunia ini begitu kejam, melindas etika, cara berfikir, bahkan perasaan. Namun begitu dangkal jika kita berfikir demikian. Sebenarnya bukan dunia yang kejam tapi kita yang membuatnya kejam. Beberapa hari ini hatiku sedih setelah memantau perkembangan beberapa sahabatku di situs FB, banyak yang berubah dari mereka tidak seperti dulu lagi, bahkan sangat jauh berbeda.

Dulu waktu di kampus sosok-sosok itu begitu anggun, bersahaja, menutup aurat dengan sempurna, menjaga tutur bahasa, menjaga pandangan, aktif membina dan lain sebagainya hingga membuatku slalu ingin bersama mereka, rasanya damai sekali hati ini bersama mereka. Setelah keluar kampus menjadi berubah drastis, kemanakah pesona yang anggun itu? kemanakah sikap yang penuh sahaja itu? kemana hilangnya komitmen dulu? tidakkah membekas sedikitpun dihati?. Terpaan dunia yang fana ini sungguh sangat melenakan, kita dengan banyak alasan karena tuntutan pekerjaan, lingkungan yang kurang mendukung, sampai orang tua yang beranggapan susah dapat jodohnya membuat kita goyah.

Entahlah…aku tak tau persis alasan mereka, namun yang jelas mereka secara sadar memilih jalannya. Kita memang dibebaskan oleh Allah untuk memilih dua jalan Fujuroha wa taqwaha, tergantung kita mau memilih yang mana, tidak ada paksaan. Ketika kita memilih jalan ketaqwaan sungguh luar biasa ada banyak firman Allah yang menjelaskan tentang balasan orang-orang yang bertaqwa.

 "Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa" (QS. Al-Qamar: 54-55)

"Sungguh, mereka yag beriman dan mengerjakan kebajikan, kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu. Mereka itulah yang memperoleh Surga 'Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (dalam surga itu)mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau  dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang undah. (itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah". (QS Al-Kahf: 30-31)



Ada juga pepatah bijak yang perlu kita renungi ”sesungguhnya untuk mencapai puncak itu sangatlah sulit, namun bertahan tetap di puncak itu lebih sulit” maka sebenarnya bila kita ingin sedikit menghargai proses yang kita lalui akan sangat membantu kita untuk tetap bertahan dalam keistiqomahan. Miris rasanya, tapi itulah kenyataan hari ini. Kita tidak bisa berbuat banyak atas pilihan sahabat-sahabat kita, namun kita masih bisa berdo’a untuk kebaikan mereka. Semoga pintu hidayah itu selalu terbuka lebar, sehingga mereka bisa kembali ke jalan ini. Aamiin…

Ada beberapa tips untuk kita agar tetap dalam keistiqomahan sampai detik akhir kehidupan ini, diantaranya:
  1. Memahami hakikat diri kita diciptakan, bila kita faham hakikat ini apapun kondisinya kita akan tetap kuat dan terjaga.
  2. Teruslah berdo’a kepada Allah untuk ketetapan hati dalam keistiqomahan, karena Allah yang menggenggam hati hamba-hambanya.
  3. Berkumpullah dengan orang-orang sholih, agar kita mempunyai kecenderungan untuk selalu memperbaiki diri.
  4. Berkomitmen dengan kuat pada diri sendiri, jangan berikan kesempatan pada diri untuk berubah menjadi lebih buruk. Karena kita tidak pernah tau sampai kapankah nafas ini akan berhenti, bukankah sungguh sangat merugi bila diakhir kehidupan, diri dalam keburukan.

Semoga  beberapa hal di atas dapat kita fahami dan terapkan sehingga bisa membentengi diri kita.

Wahai diri tetaplah istiqomah di jalan ini…
Wahai hati tetaplah teguh di jalan ini…
Wahai jiwa tetaplah tegar di jalan ini…
Karena jalan ini sungguh panjang dan melelahkan…
Jalan ini penuh onak dan duri…
Jalan ini ada badai dan petir yang siap menghantam…
Tapi jalan ini adalah kebersamaan dengan Robbmu…
Tersenyumlah ^_^

Wallahu a’lam bish showab…
Barokallahu fiikum…