Cari Blog Ini

Kamis, 18 April 2013

Sucikan Cinta, Raih Bahagia

Bissmillaahirrohmaanirrohiim…

Cinta itu hakikatnya suci. Dari Allah awalnya, dan kelak kesana akhirnya. Semua gerak di alam raya ini, di langit dan di bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta. Dengan dan untuk itulah alam ini bergerak. Kehendak dan cintalah alasan pergerakan dan perhentiannya. Bahkan dengan dan untuk kehendak dan cinta jugalah alam ini diciptakan. Sesungguhnya hakikat cinta adalah gerak jiwa sang pecinta kepada yang dicintainya. Maka cinta adalah gerak tanpa henti. Dan inilah makna kebenaran ketika Allah mengatakan “ Dan tiadalah Kami menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antaranya kecuali dengan kebenaran.” (QS. Al Hijr: 85)

Jadi cinta adalah makna kebenaran dalam penciptaan. Itu sebabnya , hati yang dipenuhi dengan cinta lebih mudah dan cepat menangkap kebenaran. Cinta tidak tumbuh dalam hati yang dipenuhi keangkuhan, angkara murka, dan dendam. Cinta melahirkan pengakuan dan kerendahan hati. Cinta adalah cahaya yang memberikan kekuatan penglihatan pada mata hati kita. (M. Annis Matta)

Jika didalam hatimu ada cinta, maka cintailah Allah dan Rosulnya. Cara mencintai Allah adalah kamu beriman dan bertakwa kepada-Nya, kamu percaya dan mentaati segala perintah-Nya serta menjauhi  segala larangan-Nya. Jika kamu mencintai Rosul maka ikutilah sunnah-sunnahnya.   

Menikah adalah sunnah Rosulullah SAW, Dari Sa’ad bin Abu Waqqash ia berkata, “Rasulullah SAW pernah melarang ‘Utsman bin Madh’un membujang dan kalau sekiranya Rasulullah mengijinkannya tentu kami berkebiri”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Ada sekelompok orang datang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mereka diberitahu, lalu mereka merasa bahwa amal mereka masih sedikit. Lalu mereka berkata, “Dimana kedudukan kita dari Nabi SAW, sedangkan Allah telah mengampuni beliau dari dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang kemudian”. Seseorang diantara mereka berkata, “Adapun saya, sesungguhnya saya akan shalat malam terus”. Yang lain berkata, “Saya akan puasa terus-menerus”. Yang lain lagi berkata, “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya”. Kemudian Rasulullah SAW datang kepada mereka dan bersabda, “Apakah kalian yang tadi mengatakan demikian dan demikian?. Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian, dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah diantara kalian. Sedangkan aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku, bukanlah dari golonganku”. [HR. Bukhari, Muslim dan lainnya]

Jangan menundanya karena takut miskin, karena Allah telah berfirman “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. [QS. An-Nuur: 32]. Rosulullah SAW juga bersabda “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) [1]

Ustad Shoffan Al Banna menyebutkan, pernikahan adalah sebuah proyek peradaban, jadi jangan ditunda-tunda, menundanya berarti menunda pembangunan proyek peradaban. Karena kita lihat wajah dunia saat ini perlu sentuhan tangan-tangan manusia yang punya cita rasa peradaban tinggi yaitu orang-orang yang sholih wa muslih yang beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rosul-Nya. Seperti seorang laki-laki bernama Hasan Al Banna yang dengan tangannya telah mengubah dunia yang telah jauh dari peradaban islam dengan julukan "bapak pembagun peradaban".

Beliau juga menyampaikan beberapa motivasi pernikahan:

  • Pernikahan merupakan hubungan paling jelas
  • Berfikir ketika cita-cita tak mampu lagi ku gapai, maka aku butuh seseorang yang bisa menguatkanku disaat aku lemah, aku tak mampu lagi melaluinya sendiri. 
  • Keberkahan menikah, bila ada masalah maka solusi akan hadir dari arah yang tidak disangka-sangka
  • Tidak ada hambatan dalam menikah bila kita menghadapi dengan hati yang lapang dan menyertakan Allah dalam setiap urusan kita.

Ustad Bachtiar Natsir, menyebutkan menikah tidak hanya membentuk keluarga Sakinah Mawaddah wa Rohmah, tetapi membentuk keluarga dakwah. Agar kita dapat menyebar luaskan agama Allah ini. Dan tak hanya itu ada misi penting untuk meraih bahagia pernikahan, yaitu menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka.  
ada kata-kata bertenaga dari beliau:
  • Cinta sejati ialah cinta yang melahirkan rasa tentram (sakinah), rasa kasih (mawaddah), dan rasa sayang (rohmah) antar insan yang saling mencintai serta kemanusiaan universal.
  • Manusia tanpa cinta adalah manusia yang posesif 
  • Manusia tanpa cinta adalah manusia tanpa obsesi
Ustad Bachtiar juga menjelaskan bahwa ikhtiar jodoh yang paling utama yang pertama adalah meminta kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”. (Al Mu’min: 60). "Dan apabila hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah kepada mereka bahwa Aku adalah dekat kepadanya dan Aku memperkenankan do'a orang yang berdo'a kepada-Ku" (Al-Baqarah: 186 ). Dan yang kedua adalah mensucikan diri, diantara cara mensucikan diri adalah dengan bertawakkal kepada Allah SWT, Allah berfirman “ Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-Nya. Dan akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”(At Thalaq: 2-3)       
                                                                                                                                                      
Sambil menunggu, maka untuk laki-laki pelajarilah mahluk yang bernama wanita, sebaliknya untuk wanita pelajarilah mahluk yang bernama laki-laki agar kelak saling memahami, karena keduanya diciptakan dengan karakter yang berbeda.

Ustad Salaim A Fillah, lebih menekankan pada pernak pernik rumah tangga. Beliau mengajak memaknai rasa sakinah, mawaddah wa rohmah. Makna sakinah adalah agar kau terjaga dalam kesucian dengan kehadirannya, agar kau simpul ikatan hati dengannya, agar kau cenderung dalam fikir dan rasa kepadanya, dan agar kau merasa tentram dengannya. Seperti ini kira-kira, bila seorang istri berkata “ wahai suamiku, berangkatlah bekerja dengan pulang membawa rezeki yang halal lagi toyyib, karena kami (aku dan anak-anakmu) lebih takut terhadap api neraka daripada menerima harta yang kau bawa yang diperoleh dengan jalan yang haram. Bila istri berkata demikian maka tidak akan ada lagi suami yang korupsi. Makna mawaddah ialah cinta yang menggebu (Romantisme).Bentuknya bisa ekspresi yang paling batin sampai yang paling zahir. Seperti sering saling memberi hadiah, selalu mengingat kebaikannya, selalu berkomunikasi dan saling terbuka. Makna rohmah (rasa sayang) adalah puncak dari cinta sehingga akan lahir sikap berkorban bukan menuntut, memberi bukan meminta berinisiatif bukan menunggu, dan bersedia bukan berharap-harap.

Bunda Asma Nadia, seorang penulis best seller catatan hati seorang istri, mengatakan menikah adalah membentuk keluarga muslim berdaya, agar bisa bermanfaat bagi manusia lainnya. Untuk membentuk itu maka tujuan suami harus sama dengan tujuan istri. Maka “Menikahlah bila kau yakin akan mendapat surga bersamanya”.         
                             
Disarikan dari Seminar Pranikah 2013 “Sucikan Cinta, Raih Bahagia”
Ahad 14 April 2013, gedung SMESCO Pancoran, Jakarta Selatan




Sabtu, 13 April 2013

Terharu, Bahagia

Pagi itu mentari bersinar terang menyidari sudut-sudut sekolah tempatku berbagi dan belajar ilmu. sudah hampir 10 bulan saya di sini, mengukir kenangan bersama bidadari dunia para penghafal Al-Qur'an. Seperti biasa setiap hari selasa jam pertama saya masuk di kelas 8 F, kelas yang selalu membuatku bersemangat mengajar, anak-anaknya memang luar biasa selalu ada spirit untuk belajar.

Subhanallah, mengajar itu memang menyenangkan, kadang menjadi penghibur saat diri disapa lelah. Setelah salam pembuka saya absen satu persatu, ini adalah metode saya untuk menghafal nama dan wajah anak-anak, maklum karena saya mengajar kelas yang cukup banyak dengan jumlah 5 kelas SMA dan 3 kelas SMP jadi cukup kesulitan untuk menghafal mereka satu persatu. Saya memulai menerangkan tentang materi tekanan zat cair menyambung materi minggu lalu. Ada prinsip penting tentang tekanan zat cair "semakin dalam, tekanan zat cair semakin besar, sehingga pancaran zat cair semakin jauh" itulah yang menjadi prinsip zat cair sehingga dalam kehidupan sehari-hari penerapan prinsip ini dijumpai pada bak-bak air, atau poci sehingga lubangnya di bawah, hal ini dimaksudkan agar pancaran air yang keluar lebih deras atau lebih jauh.

Tiba-tiba ada anak yang nyeletuk "Ibu, berarti kalo diterapkan dalam hal menghafal, maka semakin kuat tekanan yang diberikan (motivasi) maka kemampuan menghafal akan semakin kuat" saya segera menimpali "mumtaz, tentu saja nak, maka banyak-banyaklah memotivasi diri agar selalu bersemangat menghafal Al Qur'an, pun belajar ilmu pengetahuan dan hal positif lainnya".

Rupanya mereka dapat menyimpulkan sendiri prinsip-prinsip Fisika jika dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari, seperti yang pernah saya jelaskan minggu lalu tentang prinsip tekanan zat padat yang menyatakan " semakin luas bidang tekan maka akan semakin kecil tekananya, sebaliknya semakin sempit bidang tekan maka akan semakin besar tekanannya". Saya menganalogikan bidang tekan adalah ruang gerak kita atau pikiran kita dan masalah adalah tekanannya, bila kita meluaskan ruang gerak kita misalnya bersilaturrahim, rihlah (bertafakkur), menulis, berbagi inspirasi dengan orang lain maka akan meringankan atau bahkan mengurangi masalah kita.

Tapi bila kita mengurung diri dari dunia luar sibuk dengan masalah sendiri maka akan menjadikan kita larut dalam masalah dan selalu merasa tertekan dan akhirnya stress. Alhamdulillah mereka faham dengan analogi saya. Setelah semua dirasa cukup saya memberikan latihan-latihan soal, tentu saja tak semudah yang dibayangkan dalam hal mengerjakan soal karena setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, jadi saya harus bersabar mententor mereka, saya gunakan metode tutor sebaya supaya meringankan pekerjaan saya, karena bila harus satu-satu dengan jumlah anak 30 orang bisa-bisa besok lusa ngak mau ngajar lagi.

Menggunakan metode dalam mengajar sangatlah penting agar tujuan yang ingin kita capai terwujud, namun terlepas dari itu ada hal yang lebih penting yang harus kita tanamkan dalam diri anak-anak bahwa belajar dan mengajar adalah sebuah proses bukan hanya sekedar ingin mendapatkan nilai. bagaimana kita menjalani proses itu hingga bernilai pahala di sisi Allah SWT.

Saya mengakhiri pelajaran hari itu dengan hamdalah. Tak disangka seorang anak namanya: Flora Arifahsasti berkomentar "Ibuuu...aku mencintaimu karena Allah..."disambung dengan anak yang lain, suara bergemuruh, hingga sekelas itu mengucapkan kalimat yang sama. Hatiku bergetar, kulihat wajah mereka menampakkan keseriusannya, walau ku menduga mereka belajar mengucapkan kata-kata itu dari film Delisa kecil, tapi ada rasa bahagia yang teramat sangat dalam hatiku, aku terdiam sesaat sebelum kemudian membalas "Ibu, juga mencintai kalian karena Allah" seketika mereka bersorak gembira dan segera menghambur ke arahku, memelukku erat sekali. Subhanallah, benih-benih cinta itu tumbuh subur menghiasi hari-hari kami.

Saya ingin segera pamit meninggalkan kelas karena jam pelajaran sudah habis, namun tiba-tiba Flora berkomentar lagi, kali ini ia menawarkan sesuatu "Ibu saya punya permainan, ibu mau ngak main sebentar aja, mau ya bu?" saya tersenyum melihat tingkahnya yang memasang wajah memelas, karena tak tega menolak dan ingat pesan Rosulullah SAW bahwa dalam mendidik anak seusia mereka harusnya dijadikan teman, maka akhirnya saya mengiyakan tawarannya. "Oke, seperti apa permainannya Flora sayang?", dengan semangat ia segera menjelaskan aturan mainnya "gini bu, ibu siapkan kertas selembar dan pena, terus nanti ibu jawab pertanyaan Flora ya, jawabnya jangan lama-lama ya bu karena permainannya butuh kecepatan".

Saya menyetujui  "Yups mulai", Flora segera memberi aba-aba "ya sekarang ibu tulis dikertas nomor 1 sampai 11 terus dengar pertanyaan saya dan ibu harus segera menjawab, nomor satu dan dua angka yang paling ibu suka", sebenarnya tidak ada angka yang spesial bagi saya tapi karena ini harus dijawab maka saya menjawab angka 7 dan 8 karena itu adalah angka yang bersejarah untuk saya, tanggal dan tahun saya dilahirkan dan Allah mengutus saya menjadi khalifah di bumi. Akhirnya saya juga menyambungkan angka itu dengan nama surat yaitu Al-A'raf (surat ke 7) dan Al- Anfal (surat ke 8) yang mengandung makna luar biasa.

Lanjut nomor tiga lawan jenis, saya sedikit mengeryitkan kening pada bagian ini, siapa kira-kira yang akan saya tulis, akhirnya, entahlah saya hanya ingat satu nama dari sekian banyak nama dan tertulislah nama itu (hanya aku dan Rabbku yang tau). Nomor 4, 5, 6 nama sahabat-sahabatku, nomor 7 lawan jenis lagi dan 8, 9, 10, 11 judul lagu faforit. Selesai sudah pertanyaan dan ku jawab dengan serius, meskipun ini hanya permainan tapi bagi saya harus dikerjakan dengan sepenuh hati.

Tibalah saatnya Flora menjelaskan maksud pertanyaannya. Ternyata nomor 1 dan 2 hanya sebagai pengantar saja, namun saya tidak kecewa yang penting sudah menjawab dengan sebaik-baiknya, Flora kembali menjelaskan maksudnya "nomor 3, orang yang ibu cintai, bener ga bu?" saya tersentak kaget, tak menyangka mendapat pernyataan seperti itu akhirnya saya hanya tersenyum untuk menyamarkan kekagetan, "sudahlah lanjutkan kepenjelasan berikutnya" dan " nomor 4 orang yang paling berarti bagi ibu" ya tepat sekali, saya menulis nama sahabatku Ania di urutan itu, dia sahabat Dumayku yang paling spesial, ingat dulu ia yang mengajariku menata blog, memotivasi untuk belajar menulis, merespon tulisan-tulisanku sampai akhirnya saya berkunjung dan bermalam dirumahnya, menemaniku berkeliling kota Semarang yang belum pernah ku singgahi, ah banyak sekali cerita tentangnya, kangen bertemu lagi.

"terakhir nomor 11 judul lagu yang menggambarkan suasana hati ibu", deg hatiku berdesir lagi benarkah ini hanya kebetulan saja ataukah benar adanya, entahlah saya tak tau. Saya menulis lagu faforit di urutan itu "sekeping hati".

Flora tak sabar ingin meyakinkan jawabanku, "gimana bu benar semuakan?" dengan senyum saya menjawab "yah, Insya Allah 99 %". Flora spontan berlonjak kegirangan "Alhamdulillah, tebakanku hampir benar semua, oya bu bolehkah kami tau siapa orang yang ibu cintai?" saya hanya tersenyum sambil berkata "suatu hari nanti mungkin kalian akan tau, sekarang belum saatnya, cukup ibu dan Allah saja yang tau" suasana mulai tak tenang, mereka tak puas dengan jawabanku, saya segera menenangkan mereka "sudah, cukup ya anak-anakku sayang, permainan kita sudah selesai, jam pelajaran kita sudah habis dari tadi".

Serentak mereka menjawab "baiklah ibu sayang, syukron sudah mau bermain dengan kami" segera ku timpali "syukron juga ya atas permainannya". Setelah salam penutup saya segera keluar kelas dengan rasa haru yang luar biasa karena tingkah polos mereka. Subhanallah, banyak sekali warna-warni menghadapi anak-anak, indah rasanya ^_^



Senin, 08 April 2013

Karunia-Mu


Album : Cinta
Munsyid : The Fikr


Birunya langit oh putihnya awan
Menjadikanku tertegun tertawan
Lambaian pohon oh menari - nari
Mengajak daku mengingat Ilahi

Semakin ku terlena dengan segala karunia
Tiada yang mampu menyaingi keagungan-MU
Akankah kudapati semua limpahan rahmat-Mu
Tapi kumalu karena itu tak pantas bagiku

Begitu banyak dosa tlah kulakukan
Akankah Engkau ampuni
Namun ku yakin Engkau maha penyayang
Pada hambanya yang berserah diri

Birunya langit oh putihnya awan
Menjadikanku tertegun tertawan
Lambaian pohon oh menari - nari
Mengajak daku mengingat Ilahi

Semakin ku terlena dengan segala karunia
Tiada yang mampu menyaingi keagungan-MU
Akankah kudapati semua limpahan rahmat-Mu
Tapi kumalu karena itu tak pantas bagiku

Begitu banyak dosa tlah kulakukan
Akankah Engkau ampuni
Namun ku yakin Engkau maha penyayang
Pada hambanya yang berserah diri

Semakin ku terlena dengan segala karunia
Tiada yang mampu menyaingi keagungan-MU
Akankah kudapati semua limpahan rahmat-Mu
Tapi kumalu karena itu tak pantas bagiku

Begitu banyak dosa tlah kulakukan
Akankah Engkau ampuni
Namun ku yakin Engkau maha penyayang
Pada hambanya yang berserah diri
Pada hambanya yang berserah diri

Jumat, 05 April 2013

Ketika Rindu Menyapa

Rasanya setiap kali rindu ini menyapa
aku tak kuasa menahannya
aku tak berdaya menepisnya
setiap kali rindu ini hadir 
aku selalu mengingat Robbku...
Ya Robbi...dekaplah erat diriku
aku hampir tertiup badai kerinduan ini...
aku ingin kerinduan ini dalam bingkai syari'atMu. 
Ya Robbi...ku ingin bertemu dengannya
Ya Robb semesta alam kuatkan aku, sabarkan aku...

Selasa, 02 April 2013

Bertafakkur @ Tangkuban Perahu

                                                    




Subhanallah...melihat gunung selalu membuatku bertafakkur, semakin menyadari Maha Besar Allah atas semua ciptaan-Nya. Itulah kenapa saya sangat suka rihlah ke alam bebas, selain menyejukkan juga menentramkan sehingga hati semakin tertunduk mengagungkan-Nya, dan menyadari betapa kecilnya diri ini, hingga tak pantas sedikitpun kita menyombongkan diri.

 

Penciptaan dan desain alam ini tidaklah tanpa perhitungan atau terbentuk hanya kebetulan saja. Dialah Allah yang telah merancang semua ini sehingga tertata rapi dan Allah pun memberikan fungsi pada setiap makhluknya. salah satunya adalah gunung.

 

Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung. Allah berfirman :

 

 وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

 

Artinya : "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (QS Al-Anbiya' : 31)

 

Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.

 

Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

 

Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

 

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:

 

Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)

Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":

 

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا # وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

 

Artinya : "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS An-Naba' : 6-7)

 

Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

 

Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:

 

Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)

 

Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah. Dan Allah berfirman :

 

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

 

Artinya : "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (QS Al-Anbiya' : 31)


Search: http://www.artikelislami.com/2010/04/fungsi-penciptaan-gunung-dalam-al-quran.html#ixzz2PI1UY75d