Cari Blog Ini

Sabtu, 13 April 2013

Terharu, Bahagia

Pagi itu mentari bersinar terang menyidari sudut-sudut sekolah tempatku berbagi dan belajar ilmu. sudah hampir 10 bulan saya di sini, mengukir kenangan bersama bidadari dunia para penghafal Al-Qur'an. Seperti biasa setiap hari selasa jam pertama saya masuk di kelas 8 F, kelas yang selalu membuatku bersemangat mengajar, anak-anaknya memang luar biasa selalu ada spirit untuk belajar.

Subhanallah, mengajar itu memang menyenangkan, kadang menjadi penghibur saat diri disapa lelah. Setelah salam pembuka saya absen satu persatu, ini adalah metode saya untuk menghafal nama dan wajah anak-anak, maklum karena saya mengajar kelas yang cukup banyak dengan jumlah 5 kelas SMA dan 3 kelas SMP jadi cukup kesulitan untuk menghafal mereka satu persatu. Saya memulai menerangkan tentang materi tekanan zat cair menyambung materi minggu lalu. Ada prinsip penting tentang tekanan zat cair "semakin dalam, tekanan zat cair semakin besar, sehingga pancaran zat cair semakin jauh" itulah yang menjadi prinsip zat cair sehingga dalam kehidupan sehari-hari penerapan prinsip ini dijumpai pada bak-bak air, atau poci sehingga lubangnya di bawah, hal ini dimaksudkan agar pancaran air yang keluar lebih deras atau lebih jauh.

Tiba-tiba ada anak yang nyeletuk "Ibu, berarti kalo diterapkan dalam hal menghafal, maka semakin kuat tekanan yang diberikan (motivasi) maka kemampuan menghafal akan semakin kuat" saya segera menimpali "mumtaz, tentu saja nak, maka banyak-banyaklah memotivasi diri agar selalu bersemangat menghafal Al Qur'an, pun belajar ilmu pengetahuan dan hal positif lainnya".

Rupanya mereka dapat menyimpulkan sendiri prinsip-prinsip Fisika jika dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari, seperti yang pernah saya jelaskan minggu lalu tentang prinsip tekanan zat padat yang menyatakan " semakin luas bidang tekan maka akan semakin kecil tekananya, sebaliknya semakin sempit bidang tekan maka akan semakin besar tekanannya". Saya menganalogikan bidang tekan adalah ruang gerak kita atau pikiran kita dan masalah adalah tekanannya, bila kita meluaskan ruang gerak kita misalnya bersilaturrahim, rihlah (bertafakkur), menulis, berbagi inspirasi dengan orang lain maka akan meringankan atau bahkan mengurangi masalah kita.

Tapi bila kita mengurung diri dari dunia luar sibuk dengan masalah sendiri maka akan menjadikan kita larut dalam masalah dan selalu merasa tertekan dan akhirnya stress. Alhamdulillah mereka faham dengan analogi saya. Setelah semua dirasa cukup saya memberikan latihan-latihan soal, tentu saja tak semudah yang dibayangkan dalam hal mengerjakan soal karena setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, jadi saya harus bersabar mententor mereka, saya gunakan metode tutor sebaya supaya meringankan pekerjaan saya, karena bila harus satu-satu dengan jumlah anak 30 orang bisa-bisa besok lusa ngak mau ngajar lagi.

Menggunakan metode dalam mengajar sangatlah penting agar tujuan yang ingin kita capai terwujud, namun terlepas dari itu ada hal yang lebih penting yang harus kita tanamkan dalam diri anak-anak bahwa belajar dan mengajar adalah sebuah proses bukan hanya sekedar ingin mendapatkan nilai. bagaimana kita menjalani proses itu hingga bernilai pahala di sisi Allah SWT.

Saya mengakhiri pelajaran hari itu dengan hamdalah. Tak disangka seorang anak namanya: Flora Arifahsasti berkomentar "Ibuuu...aku mencintaimu karena Allah..."disambung dengan anak yang lain, suara bergemuruh, hingga sekelas itu mengucapkan kalimat yang sama. Hatiku bergetar, kulihat wajah mereka menampakkan keseriusannya, walau ku menduga mereka belajar mengucapkan kata-kata itu dari film Delisa kecil, tapi ada rasa bahagia yang teramat sangat dalam hatiku, aku terdiam sesaat sebelum kemudian membalas "Ibu, juga mencintai kalian karena Allah" seketika mereka bersorak gembira dan segera menghambur ke arahku, memelukku erat sekali. Subhanallah, benih-benih cinta itu tumbuh subur menghiasi hari-hari kami.

Saya ingin segera pamit meninggalkan kelas karena jam pelajaran sudah habis, namun tiba-tiba Flora berkomentar lagi, kali ini ia menawarkan sesuatu "Ibu saya punya permainan, ibu mau ngak main sebentar aja, mau ya bu?" saya tersenyum melihat tingkahnya yang memasang wajah memelas, karena tak tega menolak dan ingat pesan Rosulullah SAW bahwa dalam mendidik anak seusia mereka harusnya dijadikan teman, maka akhirnya saya mengiyakan tawarannya. "Oke, seperti apa permainannya Flora sayang?", dengan semangat ia segera menjelaskan aturan mainnya "gini bu, ibu siapkan kertas selembar dan pena, terus nanti ibu jawab pertanyaan Flora ya, jawabnya jangan lama-lama ya bu karena permainannya butuh kecepatan".

Saya menyetujui  "Yups mulai", Flora segera memberi aba-aba "ya sekarang ibu tulis dikertas nomor 1 sampai 11 terus dengar pertanyaan saya dan ibu harus segera menjawab, nomor satu dan dua angka yang paling ibu suka", sebenarnya tidak ada angka yang spesial bagi saya tapi karena ini harus dijawab maka saya menjawab angka 7 dan 8 karena itu adalah angka yang bersejarah untuk saya, tanggal dan tahun saya dilahirkan dan Allah mengutus saya menjadi khalifah di bumi. Akhirnya saya juga menyambungkan angka itu dengan nama surat yaitu Al-A'raf (surat ke 7) dan Al- Anfal (surat ke 8) yang mengandung makna luar biasa.

Lanjut nomor tiga lawan jenis, saya sedikit mengeryitkan kening pada bagian ini, siapa kira-kira yang akan saya tulis, akhirnya, entahlah saya hanya ingat satu nama dari sekian banyak nama dan tertulislah nama itu (hanya aku dan Rabbku yang tau). Nomor 4, 5, 6 nama sahabat-sahabatku, nomor 7 lawan jenis lagi dan 8, 9, 10, 11 judul lagu faforit. Selesai sudah pertanyaan dan ku jawab dengan serius, meskipun ini hanya permainan tapi bagi saya harus dikerjakan dengan sepenuh hati.

Tibalah saatnya Flora menjelaskan maksud pertanyaannya. Ternyata nomor 1 dan 2 hanya sebagai pengantar saja, namun saya tidak kecewa yang penting sudah menjawab dengan sebaik-baiknya, Flora kembali menjelaskan maksudnya "nomor 3, orang yang ibu cintai, bener ga bu?" saya tersentak kaget, tak menyangka mendapat pernyataan seperti itu akhirnya saya hanya tersenyum untuk menyamarkan kekagetan, "sudahlah lanjutkan kepenjelasan berikutnya" dan " nomor 4 orang yang paling berarti bagi ibu" ya tepat sekali, saya menulis nama sahabatku Ania di urutan itu, dia sahabat Dumayku yang paling spesial, ingat dulu ia yang mengajariku menata blog, memotivasi untuk belajar menulis, merespon tulisan-tulisanku sampai akhirnya saya berkunjung dan bermalam dirumahnya, menemaniku berkeliling kota Semarang yang belum pernah ku singgahi, ah banyak sekali cerita tentangnya, kangen bertemu lagi.

"terakhir nomor 11 judul lagu yang menggambarkan suasana hati ibu", deg hatiku berdesir lagi benarkah ini hanya kebetulan saja ataukah benar adanya, entahlah saya tak tau. Saya menulis lagu faforit di urutan itu "sekeping hati".

Flora tak sabar ingin meyakinkan jawabanku, "gimana bu benar semuakan?" dengan senyum saya menjawab "yah, Insya Allah 99 %". Flora spontan berlonjak kegirangan "Alhamdulillah, tebakanku hampir benar semua, oya bu bolehkah kami tau siapa orang yang ibu cintai?" saya hanya tersenyum sambil berkata "suatu hari nanti mungkin kalian akan tau, sekarang belum saatnya, cukup ibu dan Allah saja yang tau" suasana mulai tak tenang, mereka tak puas dengan jawabanku, saya segera menenangkan mereka "sudah, cukup ya anak-anakku sayang, permainan kita sudah selesai, jam pelajaran kita sudah habis dari tadi".

Serentak mereka menjawab "baiklah ibu sayang, syukron sudah mau bermain dengan kami" segera ku timpali "syukron juga ya atas permainannya". Setelah salam penutup saya segera keluar kelas dengan rasa haru yang luar biasa karena tingkah polos mereka. Subhanallah, banyak sekali warna-warni menghadapi anak-anak, indah rasanya ^_^



2 komentar:

  1. Subhanallah...selamat hari GURU 25 NOVEMBER 2014.

    BalasHapus
  2. Syukron, mohon do'anya semoga bisa menjadi guru terbaik buat generasi penerus bangsa...

    BalasHapus

syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^