Cari Blog Ini

Rabu, 17 Oktober 2012

Yakinlah, Allah Akan Menolong Meskipun Kau Tak Terlalu Yakin

dakwatuna.com - Ketika kesulitan terasa datang bertubi dan kemudahan yang dinanti tak jua datang menghampiri. Segala daya dan upaya maksimal dirasa telah ditumpah-ruahkan. Di tengah pergulatan masalah yang merasuki pikir, tanpa disadari air mata sering kali jatuh membasahi pipi, membasuh hati. Dalam kondisi ini, kita mulai kepayahan menstabilkan semangat agar tetap melingkupi hati. Mungkin sebagian besar di antara kita akan berkata “La tahzan, innalloh ma’iy…” sebagai kalimat pembesar hati. Kita berkali-kali bermonolog ria agar yakin (akan datangnya kemudahan) terus bersemayam dalam jiwa. Tak jarang surat Al-Insyirah melantun syahdu di langit hati, “Inna ma’al ‘usri yusro” sebagai penghibur jiwa. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Atau yang lebih simple dan sederhana dari kalimat itu semua, kau mungkin akan seringkali berkata “Bisa!” sebagai kata memotivasi.

Tapi, mengapa semakin kita terus menegaskan pada jiwa agar yakin akan pertolonganNya, seolah terlihat semakin menampakkan betapa tipisnya rasa yakin yang kita punya. Jujurlah, ketika lisanmu mengatakan yakin, apakah kabut tipis keraguan masih mengusik di selasar hati? Jika jawabmu adalah “Ya”, maka itu namanya kau belum benar-benar yakin, haqqul yakin. Hingga wajar saja jika masih hadirlah resah, mewujudlah gelisah atas masalah yang datang menyapa dan kebutuhan penegasan keyakinan menjadi hal yang tak terelakan lagi.

Namun, bukan berarti penegasan yang kau upayakan pada jiwa agar yakin akan kemudahan dari-Nya bernilai salah. Tidak sama sekali. Fase ini pasti akan ditempuh oleh siapa saja yang pernah dirundung masalah. Oleh siapa saja yang menaruh harap pada-Nya.

Rasulullah yang mulia pun senantiasa berharap dan mempertegas yakinnya. Banyak kisah Rasul yang dapat dijadikan teladan dalam hal ini, salah satunya adalah kisah tentang proses sebelum perang Khandaq membara. Dengan berbagai pertimbangan yang matang melalui proses musyawarah, maka bertahan di Madinah dan penggalian parit di sekeliling Madinah adalah siasat perang yang hendak mereka mainkan. Salman Al-Farisi adalah dalang dibalik ide penggalian parit ini.

Mungkin kita berfikir ini tidaklah sulit, hanya menggali parit. Apalagi daerah Madinah seringkali dikatakan sebagai lahan berpasir yang tentunya menurut logika akan mudah untuk digali. Jangan keliru saudaraku, lahan atau tanah mereka bukanlah pasir layaknya pasir di permukaan pantai yang terdapat di negara kita. Tanah mereka juga mengandung bongkahan batu besar dan sukar dihancurkan. Tambahan lagi, kala itu sedang terjadi krisis pangan dan musim dingin.

Seluruh muslimin bersatu padu bergerak bersama untuk menyelesaikan parit ini, hingga sampailah mereka pada sebongkah batu besar yang sangat sulit dihancurkan. Para sahabat melaporkan perihal ini kepada Rasul. Lalu Rasul mengambil kampak dan mendekati batu besar itu. Dengan menyebut nama Allah, Rasul pun memukul dan memecahkan batu besar itu. Setelah itu, beliau berkata “Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan kunci-kunci gerbang negeri Syam, Demi Allah aku melihat istana merahnya sekarang”. Kemudian untuk kali kedua, Rasul kembali memukul dan memecahkan batu besar itu lagi dan berkata “Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan Parsi, demi Allah, sungguh aku melihat istana putih al-Madain sekarang”. Kemudian Rasul menyebut nama Allah lalu memecahkan batu besar lainnya dan berkata “Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan kunci-kunci Yaman, demi Allah, aku melihat gerbang Shan’a dari tempatku ini”.

Subhanallah. Menurut penulis, kisah ini adalah cerminan cantik dari serangkaian kalimat penyemangat pembesar jiwa, agar pengharapan dan keyakinan akan kejayaan Islam terus tertanam dan tertancap dalam di sanubari segenap kaum muslimin ketika itu. Tentunya kalimat penyemangat ini bukanlah sekadar obral janji, karena apa yang Rasul katakan mendapat tuntunan langsung dari-Nya. Dan semua yang Rasul katakan ini terbukti.

Tentunya pengharapan Rasul bukan karena ia tak yakin dan pertegasan keyakinannya bukan karena ia tak percaya. Kisah ini membuktikan bahwa Rasul juga manusia yang tentunya memiliki segenap “rasa manusia” yang mendapat petunjuk langsung dariNya.

Ya… Sikap optimisme dengan kalimat penggugah semangat, pembesar jiwa, akan memunculkan rasa harap yang kemudian menuntun kita untuk mempertegas rasa yakin. Agar keyakinan ini benar-benar tertancap dalam di sanubari… Agar kemudian Allah berkenan menolong…
Yakinlah, Allah akan menolong kita, bahkan meskipun kita masih dalam kondisi berupaya memperkuat dan mempertegas rasa yakin…

Apapun keadaan kita tetaplah yakin Allah akan menolong kita, do'a+ikhtiar+optimis = pertolongan Allah
keep spirit... ^_^

Selasa, 09 Oktober 2012

BUKTI KEBENARAN AL-QURAN : SUNGAI DI DASAR LAUT

Subhanallah, Inilah Mukjizat Al-quran Tentang Sungai di Dasar Laut.

Suatu hari, seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau melakukan penelitian di dasar laut untuk Discovery Channel. Ia menelurusi fenomena bawah laut di Cenota Angelita, Mexico.

Saat melakukan penyelaman, ia dikejutkan dengan sebuah fenomena alam yang luar biasa. Dia menemukan air tawar di antara air laut yang asin. Penemuan itu membuatnya takjub. Bagaimana mungkin air tawar bisa berada terpisah dalam air laut yang asin? Tetapi itulah kenyataan yang dia temukan di dalam laut.

Rasa ingin tahunya yang besar membuat Costeau kembali menyelam lebih dalam lagi. Ia menyaksikan fenomena alam yang lebih mengejutkan lagi. Betapa tidak. Ia melihat ada sungai di dasar lautan.

Sungai di bawah laut itu ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Para peneliti menyebut fenomena itu sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Tapi tampak seperti sungai? Yang menjadi tanda tanya para ahli, mengapa air yang mengalir di sungai bawah laut itu rasanya tawar?

Sesungguhnya, sekitar 14 abad lalu, Al-quran telah menjelaskan fenomena itu. Simak saja surah Al-Furqan [25] ayat 53: ''Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia Jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.''

Fenomena unik dan aneh itu juga telah disebutkan dalam surah Ar-Rahman [55] ayat 19-21: ''Dia membiarkan dua laut mengalir yang kemudian keduanya bertemu, di antara kedua ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?".
 
 
search : www.republika.co.id

 
 

Rabu, 03 Oktober 2012

KETIKA TANGAN ALLAH TERLIBAT

Sahabat, seringkali kecerdasan dan kepiawaian kita membuat kita merasa tidak perlu lagi ‘Tangan Allah SWT’ karena segala bentuk masalah mampu kita selesaikan dengan cemerlang karena kecerdasan dan pengalaman panjang hidup kita ditambah lagi banyaknya ajaran-ajaran Rasionalis baru yang seolah-olah selalu terbukti secara empirik tanpa campur tangan Allah SWT.
Masih ingatkah kita tentang sebuah kisah, ketika 3 orang terkurung dalam sebuah Gua karena sebuah batu besar menggelinding menutupi mulut Gua? mereka bertiga dengan seluruh tenaganya tidak mampu menggeser sedikitpun batu itu.

Kisah itu adalah sebuah analogi tentang kehidupan kita, Gua adalah tempat bernaung untuk dapat bertahan hidup sedangkan Batu Besar itu adalah masalah yang membuat kenyamanan hidup kita menjadi terganggu, Gua zaman ini bisa menjelma dalam bentuk Perusahaan tempat kita berkarya, atau Jabatan tempat kita mengabdi dan melayani, atau keluarga tempat kita berbagi kasih sayang atau Lembaga tempat kita mengaktualisasikan diri kita dan seterusnya. Sedangkan Batu Besar bisa menjelma dalam bentuk masalah yang sangat rumit yang tak mampu kita sendiri menyelesaikannya sekalipun orang lain sudah membantunya.

Nah bagaimanakah cara mengatasi? inilah kisah selengkapnya……..................

Ada tiga orang pengembara yang sedang melakukan perjalanan bersama. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Mereka bergegas mencari tempat untuk berlindung. Kebetulan mereka melewati sebuah gua. Tanpa pikir panjang, mereka langsung memasuki gua tersebut. Namun, derasnya hujan ternyata menggulirkan sebongkah batu besar yang kemudian menutupi mulut gua. Ketiga pengembara terperangkap di dalamnya!

Kendati sudah berusaha sekuat tenaga, ketiga pengembara itu tetap tidak mampu menggeser batu besar itu.
                “duh tamat sudah riwayat kita, terkurung di gua ini,” keluh salah satu pengembara.
                “Entah apa lagi yang bisa kita lakukan agar keluar dari sini,” kata pengembara yang lain, tak kalah putus asa dengan pengembara pertama.
                “Hanya Allah Swt. yang bisa menyelamatkan kita, kawan. Marilah kita berdoa kepada Allah dengan perantara amal perbuatan yang pernah kita lakukan dengan hati yang ikhlas. Semoga Allah Swt. berkenan memberikan pertolongan-Nya,” kata pengembara ketiga.

Mereka kemudian langsung bersuci dan memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh. “Ya Allah Yang Maha Mengetahui, hamba dulu pernah memiliki seorang pekerja yang hamba upah dengan tiga gantang padi. Ketika pekerjaku itu pergi tanpa mengambil upahnya, aku menyemai padi-padi itu hingga membuahkan hasil. Hasilnya, aku belikan seekor sapi yang kemudian beranak pinak hingga tak terhitung olehku jumlah sapi yang terus berkembangbiak itu. Ketika kemudian pekerja itu datang dan menagih upahnya, aku menyuruhnya mengambil semua sapi itu. Awalnya, dia menolak karena merasa upahnya hanyalah tiga gantang padi. Namun, aku bersikeras karena sapi-sapi itu berasal dari tiga gantang berasnya. Ya Allah, apa yang kulakukan hanya karena aku ingin mendapatkan Ridho-MU, ya Allah jika ada setitik keikhlasan dari apa yang aku lakukan itu, tolong ya Allah keluarkan kami dari gua ini,” doa pengembara yang bijak.

Keajaiban terjadi, batu besar itu bergeser sedikit. Lalu, pengembara berikutnya berdoa, “Ya Allah Yang Maha Tahu, setiap malam aku membawakan susu kambing yang kuperah sendiri untuk orangtuaku. Namun, pada suatu malam aku terlambat memerah kambing dan orangtuaku sudah tertidur saat aku tiba dikamar mereka. Walaupun saat itu anak dan istriku menangis kelaparan, tetapi aku tidak mau mereka meminum susu kambing yang kuperah sebelum orangtuaku mengizinkan. Aku menungguinya hingga orangtuaku terbangun, yaitu ketika fajar Subuh tiba. Ya Allah, aku melakukan itu hanya karena semata ingin mentaati perintah-Mu untuk berbakti kepada Orangtua, ya Allah jika seberkas keihlasan dari apa yang pernah aku lakukan itu, mohon ya Allah keluarkan kami dari gua ini.”

Keajaiban kedua terjadi lagi. Batu besar kembali bergeser dan membuat lubang yang cukup lebar. Namun, ketiga pengembara itu masih belum bisa keluar dari dalam gua. “Sekarang, giliranmu kawan,” dua pengembara yang sudah berdoa sangat berharap kepada kawannya yang belum berdoa  “Ya Allah Yang Maha Tahu, aku sering menggoda dan merayu sepupuku yang cantik untuk berbuat dosa dan berzina denganya. Namun Ia selalu menolak. Suatu hari, ia datang untuk meminjam uang sebesar 100 dinar. Aku memberinya dengan syarat dia harus memberikan kehormatannya kepadaku. Diapun terpaksa mengabulkan keinginanku karena dia dalam situasi yang terdesak. Namun, pada saat aku hampir melakukan niatku, ia mengingatkanku untuk selalu takut kepada-Mu. Aku tersadar dan segera membatalkan niatku. Ya Allah, jika apa aku yang kulakukan itu ada sedikit akan ketakutanku kepada-Mu, aku mohon ya Allah, keluarkan kami dari gua ini,” doa pengembara terakhir sambil berderai air mata.

Batu besar bergeser untuk ketiga kalinya. Kali ini, celahnya sudah cukup untuk dijadikan jalan keluar bagi tiga pengembara tersebut.

Sahabat, sesulit apapun hidup ini, jika kita selalu melibatkan Tangan Allah SWT, maka tak ada yang mustahil  bagi kita untuk menggapai sesuatu yang kita dambakan, asal selalu ada cadangan Amal Sholeh yang kita terus kita investasikan supaya tangan Allah SWT tidak berhenti terlibat dalam setiap aktivitas kita.

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan". (QS. Al-Hajj: 40-41), ternyata untuk menolong Agama Allah itu tidak sulit cukup dengan melaksanakan Sholat, Zakat/Sedekah, berbuat kebajikan kepada sesama, dan meninggalkan segala hal yang dilarang Allah SWT, itulah JAMINAN Kepastian datangnya Pertolongan Allah.

“Dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah ia memberi nafkah (sedekah) dari harta yang diberikan Allah kepadanya“ (Surah At Talaq: 7), ternyata orang yang sedang disempitkan rizkinya saja itu masih disuruh bersedekah.

mari kita bersegera memperbanyak Amal Shaleh...