Cari Blog Ini

Selasa, 07 Mei 2013

Bakerja dengan Cinta

Bismillaahirrohmaanirrohiiim…

Energi cinta sungguh luar biasa. Apapun kondisinya bila bekerja dengan landasan cinta semua akan jadi lebih mudah, semua akan menjadi lebih ringan, dan tidak hanya itu, ia akan melahirkan karya yang fenomenal. Cinta dan kerja adalah sebuah harmonisasi untuk mencapai keridhaan-Nya. Bagaimana kemudian cinta itu membawa kita menyingkap rahasia keajaiban.

Kata Anis Matta, Sejarah adalah catatan keajaiban. Tapi cinta adalah rahasianya. Cinta adalah saat kegilaan jiwa. Begitu cinta merasuki  jiwamu, kamu jadi gila. Begitu kamu gila energimu berlipat-lipat, lalu membulat, mendidih bagai kawah yang siap meledak dan membakar semua yang ada di sekelilingnya. Begitu energimu meledak, keajaiban tercipta. Begitulah naturalnya; keajaiban-keajaiban yang kita temukan dalam sejarah tercipta dalam saat-saat jiwa itu.

Legenda keadilan Umar bin Khattab adalah keajaiban. Tafsirnya adalah cintanya pada Allah dan rakyatnya telah menjadi roh kepemimpinannya. Legenda perang Khalid bin Walid adalah keajaiban. Tafsirnya juga begitu: karena ia lebih mencintai jihad ketimbang tidur bersama seorang gadis cantik di malam pengantin. Hasan Al Banna adalah legenda dakwah yang melahirkan kebangkitan islam modern. Tafsirnya juga begitu: ia lebih mencintai dakwahnya di atas segalanya.

Saat cinta adalah saat gila. Saat gila adalah saat keajaiban. Bumi bergetar saat sejarah mencatat keajaiban itu. Iqbal menyebut saat cinta itu sebagai saat jiwa jadi sadar-jaga.

“Apabila jiwa yang sadar-jaga terlahir dalam raga,maka persinggahan lama ini, ialah dunia, gemetar hingga ke dasar-dasarnya”.

Mari kita belajar pada kisah Hajar yang ditinggal oleh Ibrahim di lembah sunyi tak berpenghuni bersama bayinya Ismail. Namun ia yakin dengan berkata  ”jika ini perintah Allah, Dia takan pernah menyia-nyiakan kami”. Karena tangis putranya kemudian iapun mencari-cari air berlari kesana-kemari antara shafa dan marwah sebanyak tujuh kali. Maka keajaiban itu memancar dijejak-jejak kaki Ismail yang menangis, bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan. Kata Salim A Fillah, Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Bahwa makna bekerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas iradahNya Yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu memenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki. Bekerja saja, maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Kata ustad Tifatul Sembiring dalam mabit bulanan di Masjid Baitul Ikhsan, ada langkah-langkah yang bisa dibuat untuk bekerja dengan cinta, diantaranya:
  • Menzahirkan islam
Apapun profesi kita: menjadi guru, penulis, petani, PNS, pengusaha, pengacara, tentara, bahkan presiden, pun ibu rumah tangga, jangan dikira menjadi ibu rumah tangga akan bahagia bila tidak karena cinta, maka bawalah islam ke dalamnya, bingkailah dengan nilai-nilai islam, isilah dengan ruh-ruh islam, niscaya akan dirasa manisnya iman.
  •  Menjadi Rijal 
Rijal di sini bukan khusus pada laki-laki, tapi manusia (baik laki-laki atau perempuan) yang mampu mengajak atau mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Rijal bukanlah manusia pemalas, suka tidur, senang berdebat, atau hanya mencaci maki keadaan.
  • Mencari ridha Allah SWT
Maka orientasi hidup adalah menuju Mardhotillah, seperti termaktub dalam firman Allah: “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya” (QS. Al Kahf [18]: 2-3)

Maka apapun profesi kita bekerjalah dengan cinta, karena kerja dengan cinta adalah kerja dakwah, dakwah tak hanya menyampaikan ceramah di depan orang banyak, dakwah bisa di mana saja termasuk di lini profesi, ranah pemerintahan dan lainnya. Dakwah dengan cinta, cinta kepada Allah dan Rosulnya, niscaya kamu tak akan disia-siakan. Seperti firman Allah:

“Bekerjalah kalian, maka Allah dan RosulNya serta orang-orang mukmin akan melihat amal-amal kalian itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.  At Taubah [9]: 105)

Di sini, dalam kerja dengan cinta ada mahfuzhat masyhur  “Bekerjalah untuk duniamu, seakan engkau akan hidup abadi. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati esok hari”. Bekerjalah dan beramallah, karena kita tidak pernah tahu sampai kapan waktu akan berakhir.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, (Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Dalam kerja dengan cinta, kita mengambil  cinta dari langit, lalu menebarkannya di bumi. Sungguh, surga disediakan bagi orang-orang yang mencintai Allah dan Rosulnya serta mengerjakan amal kebajikan.

Disadur dari berbagai sumber dan disarikan dari Mabit bulanan masjid Baitul Ikhsan, Jakarta Pusat
Sabtu-Ahad, 27-28 April 2013

Barokallahu fii kum...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^