Cari Blog Ini

Minggu, 18 Mei 2014

RIHLAH ILMIYAH SMA DAARUL QUR'AN PUTRI 2014

bismillah...

Kali ini saya akan menulis pengalaman atau lebih tepat hikmah dari perjalanan tarbawi ke Yogya kemarin, baru sempet nulis setelah beberapa minggu ini sibuk dengan UN deelel, sok sibuk.com :). Awalnya sih belum ada rencana ke Jogja untuk Study Tour siswi kelas akhir, tapi setelah rapat dadakan maka diputuskanlah tempat tujuan kota Yogyakarta. Dan yang lebih keren lagi waktunya ditetapkan 2 minggu lagi, waw fantastic, benar-benar seperti firman Allah "Kun Fayakun" jika Allah mengatakan terjadilah maka terjadilah. Dan ini benar-benar terjadi, alhamdulillah dalam waktu 2 minggu itu kami mempersiapkan segalanya, maka disini intinya kerjasama yang baik sangat diperlukan saat kita telah memutuskan sesuatu sehingga segala konsekuensi harus ditanggung bersama.

Setiap orang harus mengambil peran masing-masing untuk mensukseskan keputusan bersama. Dan saya kebagian menghubungi pihak UGM karena salah satu agenda kami adalah kunjungan pendidikan, ini sebagai sarana pengenalan kampus untuk para siswa agar mempunyai pandangan kedepan kampus mana yang akan dimasuki dan jurusan apa yang akan diambil. Nah, ternyata tidak semudah yang dibayangkan dengan waktu yang sebegitu mepet saya harus telfon bolak-balik ke pihak UGM, semua fakultas saya coba dan akhirnya yang bisa menerima jadwal kami hanya Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya, alhamdulillah masih ada yang bisa.

Supaya tidak ribet saya sarankan jika melakukan perjalanan dengan rombongan lebih baik menggunakan jasa travel. Kita tinggal terima bersih, semua sudah ditanggung mereka, mulai dari makan, penginapan, sampai tempat wisata, jadi kita tidak terlalu sibuk mengurus semuanya.

***
Oke lanjut, perjalanan kami, rombongan guru dan siswi SMA Daarul Qur'an Bekasi berangkat tepat pukul 13.30 dari Cikarang dan tiba di Jogja jam 4.00. Pertama singgah di rumah makan, belum ke penginapan di sini aktivitas diawali mandi, sholat subuh dan sarapan pagi. Jam 7.00 perjalanan berlanjut ke UGM.


Tepat sekali tiba di UGM jam 8.00 di Fakultas Pertanian. Di sini banyak ilmu dan info yang didapat, karena latar belakang saya dari Pertanian jadi sedikit banyak nyambunglah. Dari dulu doktrin para dosen kami mengatakan mengapa penting pertanian? yah karena manusia butuh pangan, karena Indonesia negara agraris. Akhirnya saya sepakat, memang benar, coba bayangkan kalau tidak ada petani kita makan apa?mau makan batu?tentu tidakkan?. Kita juga tahu Indonesia ini adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian tani.

Jadi sektor ini adalah berpotensi besar untuk dikembangkan agar kita tidak bergantung kepada negara lain. Sebagai gambaran, jika kita mampu swasembada pangan maka kita tidak perlu lagi impor produk-produk pangan, bahkan sebaliknya kita harus ekspor, sehingga ini bisa meningkatkan ketahanan negara juga, kita punya izzah dimata dunia. Sedikit info tahun ini kita mengalami surplus padi dan cabe namun hal ini tidak banyak diketahui, yah kalau prestasi seperti itu tidak banyak dimediakan, tapi kalau kegagalan terlalu berlebihan diekspos.


Disini kami tidak hanya mendengarkan materi, kami diajak mengunjungi lab-lab penelitian, ini memang permintaan saya supaya pengetahuan tak hanya sebatas teori namun melihat juga bagaimana praktiknya.
                                                   alat-alat pengaduk atau pencampur zat-zat kimia
                     zat-zat untuk direaksikan ; membuat cabe berwarna-warni, tanaman tahan hama, dsb.

                                                      pengembangan dan pemeliharaan bibit ikan


                                                                       Auditorium FP
                                                                        Sesi foto bersama

lanjut...ke FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UGM, jadwal kami sebenarnya jam 10.00 namun karena ada acara di FIB akhirnya pihak Fakultas meminta diundur jadi jam 11.00. Namun tidak mengapa, justru dengan pengunduran ini kami bisa beristirahat sejenak setelah perjalanan panjang semalam dan sholat dhuha di musholah FIB yang belum sempat kami tunaikan. Ibadah-ibadah sunnah selalu kami usahakan ketika bepergian kemanapun, ini adalah bentuk realisasi dari motto kami "Menegakkan yang wajib, menghidupkan yang sunnah" senantiasa agar tetap istiqomah dalam ibadah.

Di FIB hanya 1 jam karena keburu sholat jum'at jadinya hanya pengenalan Fakultas dan tidak sempat ke lab-labnya. Kami berharap di sini ada lab budaya, ternyata belum ada, baru ada lab bahasa dan komputer. Berbeda dengan FP di FIB ini kami disambut oleh BEM, jadi suasananya cair banget, mahasiswanya kocak, namun tetap ilmiah. Acara diisi dengan pengenalan dan tanya jawab.

Sebagian orang mengangap budaya itu tidak penting, padahal negara kita ini sangat kaya akan budaya, sebenarnya budaya ini adalah aset dan potensi besar untuk dikelola oleh orang-orang yang punya cita rasa tinggi, orang-orang yang beriman. Budaya adalah anugerah termasuk didalamnya bahasa, bermacam bahasa yang ada di Indonesia. Dan ini adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah.

Allah berfirman "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.Al-Hujarat: 13).

Budaya perlu dikelola kearah yang benar mengikuti syariah, bukan syariah megikuti budaya maka harus ada pemuda muslim yang menjadi budayawan, menjadi sastrawan. Saya sering bertanya kepada siswa ketika dikelas, "apa cita-cita kalian?" kebanyakan mereka menjawab "jadi dokter bu", ketika dianya lagi "apa alasannya?" mereka menjawab "biar bisa nolong orang", adalagi yang menjawab," biar keren bu", nah loh! menjadi dokter hanya untuk keren-kerenan, Nauzubillah... Menurut saya pemuda muslim harus masuk ke semua sisi kehidupan agar nanti dapat bersinergi menuju satu tujuan yaitu Allah. Jika kita terkotak-kotak dan hanya mau mengambil sisi kerennya saja maka siap-siap orang yang di luar kita akan masuk melalui celah itu dan membinasakan kita. Lihat saja masalah budaya sekarang menjadi sangat menggerahkan, kenapa?karena kita tidak mengelolanya, kita tidak mengambil peran disana, karena hanya orang-orang yang berperanlah yang berpengaruh.


cendera mata dari FIB

Jadi kesimpulannya dari kunjungan ini, saya berharap para siswa terutama, dan pembaca umumnya memahami bahwa semua bidang ilmu itu penting sehingga tidak memandang sebelah mata terhadap ilmu-ilmu yang mungkin dianggap sepele. Maka menjadi petani itu keren karena dapat menghasilkan pangan, sandang dan papan bagi keberlangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain, menjadi budayawan itu keren bila dapat mengarahkan manusia kepada ketinggian akhlak, sastrawan itu keren karena dapat menghadirkan keindahan kata demi terikatnya ilmu dan tersampaikan maksud, menjadi enginer itu keren karena dapat memudahkan urusan orang lain dengan karyanya, menjadi astromom itu keren karena dapat melihat dan mendeteksi fenomena alam, menjadi ekonom itu keren karena dapat mengatur pemetaan dan pertumbuhan ekonomi bangsa, menjadi politikus itu keren bila dapat menjadi pemimpin yang adil dan amanah bagi rakyatnya, menjadi dokter itu keren karena dapat menjadi jalan ikhtiar bagi yang sedang diuji dengan penyakit, menjadi akuntan itu keren karena dapat mencatat rapi dan menganalisis standar keuangan negara atau perusahaan, menjadi pengusaha itu keren karena dapat membuka lapangan kerja bagi banyak orang, dan yang tak kalah keren adalah mejadi guru karena dapat menjadikan anak-anak didiknya menjadi semua yang telah disebutkan itu, pun menjadi Ibu rumah tangga adalah sangat keren karena dapat mencetak generasi robbani.

Perjalanan berlanjut, cek in penginapan setelah sholat zhuhur dan makan siang di food court UGM, menjelang sore setelah sholat ashar kembali berselancar menuju ke rumah tahfiz QU Deresan, di sini kami dapat suntikan motivasi, bagaimana tidak anak-anak usia SD dan ada beberapa SMP sudah hafal puluhan juz. Sebenarnya malu, sangat malu pada mereka, sangat ingin seperti mereka, semoga Allah mudahkan kami aamiin ya Mujiib...






Dari sini kami lanjut ke Malioboro setelah menunaikan sholat magrib dan isya. Di Malioboro acara belanja oleh-oleh dan segala macamnya. Sebenarnya harga di sini sama saja dengan Jakarta dan sekitarnya, tidak lantas lebih murah, namun karena moment, seringkali kita bela-belain buat belanja jauh-jauh. Kalau saya sendiri tidak terlalu suka belanja, apalagi belum ada yang menarik hati jadi tidak masalah. Saya hanya membeli kaos untuk kedua keponakan tersayang nun jauh di tanah seberang dan sebuah baju batik untuk ibuku, untuk ayah saya belum membelikannya karena belum ada yang cocok menurutku. Tepat jam 21.30 kami berkumpul dan kembali ke penginapan acara dilanjutkan dengan istirahat sampai menjelang subuh.

Pagi-pagi sekali kami berkemas dan siap melanjutkan perjalanan tentunya sarapan terlebih dahulu. Nah, ini sedikit tips kalau melakukan perjalanan, sebelum meninggalkan tempat penginapan atau tempat singgah sebaiknya ada yang bertugas memeriksa ulang, memastikan tidak ada sesuatu atau barang yang tertinggal. Pengalaman kemarin ada saja yang tertinggal camera, carger, handuk bahkan kaos kaki, untung saja ada tim evakuasi jadi bisa diselamatkan.

Agenda berlanjut sekaligus perjalanan pulang, singgah di sanggar batik, di sini kami belajar proses pembuatan batik tulis. Ternyata sangat rumit yah...bagaimana tidak, awalnya kita harus membuat gambarnya dulu baru kemudian diukir, sungguh memakan waktu yang sangat lama dan proses yang tak mudah, jadi wajarlah kalau harga batik tulis sangat tinggi. Nah, batik ini salah satu cagar budaya Indonesia lho, kita patut bersyukur punya nenek moyang pembatik, sehingga diakui dunia bahwa batik adalah hak paten Indonesia. Untuk cara membatik lebih lengap bisa dibaca disini yah...http://sinauwernowerno.blogspot.com/2012/11/proses-membuatan-batik-dan.html#



Next, kami menuju ke sentra oleh-oleh khas Jogja, ada yang tau? yah, betul sekali Bakpia Pathok. Dari dulu saya penasaran kenapa namanya bakpia pathok, saya kira cara membuatnya di pathok-pathok (baca: dipukul-pukul) saat pembuatannya, ternyata setelah saya tanya ke pembuatnya pathok itu nama daerah sana yang terkenal dengan bakpianya hehe...baru mudeng...




Proses pembuatan bakpia ini membutuhkan waktu yang cukup lama bisa sehari-dua hari dari pembuatan isinya sampai pembuatan kulitnya. Oya hasilnya juga bervariasi ada yang lembut, ada juga yang keras tergantung proses dan cara pembuatannya, harganyapun berbeda dari 15 ribu sampai 35 ribu.

Setelah dirasa cukup melihat proses pembuatan bakpia dan belanja buat oleh-oleh, kami perlahan-lahan melaju meninggalkan kota Yogyakarta, kota sejuta harapan, kota pendidikan, kota favorite buat study tour dan traveling, kota yang tidak ada angkotnya sehingga jalanan bisa lebh teratur dan lebih tenang. 

Dari kunjungan ke tempat batik dan bakpia, ada hikmah yang bisa diambil bahwa ada banyak cagar budaya yang perlu kita lestarikan sehingga bisa bermanfat bagi banyak orang. Belajar berwira usaha, ini juga dalam rangka membangun jiwa entrerpreneur siswa. Dan yang tak kalah penting adalah menumbuhkan sikap menghargai dan rasa syukur. Dengan melihat proses, dan mencoba melakukannya secara langsng diharapkan ada rasa menghargai sehingga tidak mudah mencela atau berlebih-lebihan dalam menggunakan atau mengkonsumsinya. Kemudian bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.

Hari menjelang siang kami kembali melanjutkan perjalanan menuju candi Borobudur, perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam, sebelum sampai kami singgah di rumah makan yang bernama unik "Orang Utan" saya kira banyak orang utannya ternyata hanya nama saja :). disini sholat zhuhur dijamak ashar karena kami akan berlanjut ke Borobudur.

Tiba di Borobudur, kali ke dua saya ke tempat ini , sebenarnya saya masih menyimpan pertanyaan besar tentang siapa sebenarnya yang mewariskan bangunan ini, dari pelajaran sejarah dulu disebutkan bahwa borobudur didirikan pada masa dinasti Syailendra pada akhir abad ke 8 M, namun akhir-akhir ini beredar hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Basya, serorang ahli matematika islam, beliau telah meneliti sejak puluhan tahun lalu, silahkan dibaca disini penjelasannya http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/09/27/136654-borobudur-peninggalan-nabi-sulaiman- . Dan saya sebenarnya juga masih bingung tentang kevalidan sejarah, wallahu a'lam bishowab, semoga ada kebenaran sejarah untuk masa yang akan datang. Oya, satu info lagi kalau mau belanja oleh-oleh, di Borobudur ini tempatnya, lebih murah dan lebih banyak variasinya dibandingkan Malioboro. 




Sore itu kami melanjutkan perjalanan pulang, rutenya tidak seperti biasa, kami melewati Magelang, Temangung, Ambarawa, dan Ungaran. Perjalanan rihlah berakhir di Pesantren Daarul Qur'an Semarang, tepatnya di Ungaran, bersilaturrahim ke pondok ini yang merupakan cabang Daarul Qur'an, namun sayang tidak sempat bertemu dengan para santrinya karena sampai di sini sudah jam 9 malam. Singgah ke sini pengalaman unik juga, kami harus berjalan kaki sejauh 2 km menaiki bukit karena bis tidak bisa masuk. Daarul Qur'an Semarang baru 2 tahun berdiri, baru ada tingkat SMP dan khusus laki-laki.



“Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al Ankabut : 20).

Alhamdulillah perjalanan mencari ilmu, menagkap hikmah, dan merajut kebersamaan, berakhir dengan sangat indah...semoga manfaat semuanya...