Cari Blog Ini

Kamis, 25 Juli 2013

Sejarah Emas Islam di Ramadhan

Ramadhan adalah bulan mulia penuh barokah, betapa tidak seluruh amal kebaikan yang kita lakukan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Ramadhan adalah bulan tarbiyah, Ramadhan juga bulan perjuangan. Mari kita intip beberapa fakta sejarah dan kegemilangan Islam pada bulan suci Ramadhan. Hal ini sekaligus pembuktian bahwa Ramadhan bukan sebuah bulan yang me’legal’kan rasa malas dan lemah. Bahkan sebaliknya, Ramadhan dikategorikan sebagai bulan yang membuat kuat, dan menjadikan kemenangan dalam hal apapun. Tetapi, bukan juga pembuktian bahwa Ramadhan identik dengan perang, substansi yang dibangun dalam kegemilangan itu adalah, betapa kekuatan ruhiyah menjadi sangat fenomenal melebihi kekuatan jasmani. Selain itu, sejarah ingin membuktikan bahwa shaum di bulan Ramadhan, bukan halangan untuk ‘berbuat’ sesuatu. Baik yang bersifat fisik maupun hal lain yang membutuhkan tenaga extra. Baiklah, mari kita simak sejarah singkat rentetan peperangan sekaligus kemenangan yang terjadi pada bulan suci Ramadhan.

1. Perang Badar.
Terjadi pada Ramadhan, tahun 2 H. Perang ini merupakan kemenangan pertama yang menentukan kedudukan umat Islam dalam menghadapi kekuatan kemusyrikan dan kebatilan. Terjadi pada pagi Jum’at, 17 Ramadhan 2H di Badar. Kemenangan pasukan Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW dengan 300 pasukan mengalahkan 1000 tentara musyrikin Makkah.

2. Perang Khandaq. 
Terjadi pada Ramadhan, tahun 5H. Persiapan perang yang dilakukan dengan menggali parit (khandaq) sekeliling kota Madinah. Sebuah strategi yang tidak pernah digunakan sebelumnya oleh bangsa Arab. Hal ini diusulkan oleh Salman Al-Farisyi, umat Islam berhasil memecah belah pasukan musuh dan mendapat kemenangan gemilang.

3. Fathul Makkah (Pembebasan Kota Makkah). 
Perjanjian Hudaibiyah.Terjadi pada 10 Ramadhan, tahun 8H, bertepatan dengan tahun 628 M. Perjanjian ini diadakan untuk kebebasan kaum muslimin beribadah Haji di Makkah, dari teror-teror kaum kafir Quraisy. Rasulullah SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah. Pasukan Islam menguasai Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun. Merekapun menghancurkan patung-patung dan berhala yang ditempatkan di dalam dan di sekitar Ka'bah. Penaklukan itu menjadi sejarah yang tak pernah dilupakan dalam perjuangan Islam.

4. Perang Tabuk. 
Terjadi pada Ramadhan, tahun 9H. Pada tahun 629 M Rasulullah SAW memutuskan untuk melakukan aksi preventif, yakni ekspedisi ke wilayah tabuk yang berbatasan dengan Romawi. Setelah sampai di Tabuk, umat Islam tidak menemukan pasukan Bizantium ataupun sekutunya, alias mereka (pasukan Romawi) lempar kain putih atau menyerah.

5. Ekspedisi Yaman. 
Terjadi pada Ramadhan, tahun 10H. Rasulullah SAW mengutus pasukan dibawah pimpinan Ali bin Abi Thalib ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku yang berpengaruh di Yaman langsung menerima Islam dan masuk Islam pada hari itu juga. Kemudian mereka sholat berjemaah bersama Ali Ra. di hari yang sama.

6. Pembebasan Andalusia (Spanyol). 
Terjadi pada Ramadhan 92H. Panglima tentara Islam, Tariq bin Ziyad memimpin 12.000 tentara Islam berhadapan dengan tentara Spanyol berjumlah 90.000 yang dipimpin oleh raja Frederick. Pada peperangan ini, untuk menambah semangat pasukannya, Tariq membakar kapal-kapal perang mereka sebelum bertempur dengan tentara Raja Frederick. Beliau berkata: “Sesungguhnya, surga Allah terbentang luas dihadapan kita, dan dibelakang kita terbentangnya laut. Kalian semua hanya ada dua pilihan, apakah mati tenggelam, atau mati syahid!”

7. Pembebasan Palestina.
Terjadi pada Ramadhan 584H. Panglima tentara Islam, Salahuddin Al-Ayyubi mendapat kemenangan besar atas tentara Salib. Tentara Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai tentara Salib. Ketika bulan Ramadhan, penasihat-penasihat Salahuddin menyarankan agar dia istirahat karena risau ajalnya tiba. Tetapi Salahuddin menjawab: “Umur itu pendek dan ajal itu senantiasa mengancam”. Kemudian tentara Islam yang dipimpinnya terus berperang dan berjaya merampas benteng Shafad yang kuat. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan.

8. Perang Ain Jalut (Tentara Islam Mengalahkan Tentara Mongol). 
Terjadi pada Ramadhan 658H. Saat tentara Tartar memasuki Baghdad, mereka membunuh 1,8 juta kaum Muslimin. Musibah ini disambut oleh Saifudin Qutuz, pemerintah Mesir ketika itu dengan mengumpulkan semua kekuatan kaum Muslim untuk menghancurkan tentara Tartar dan bertemu dengan mereka pada Jum’at, 6 September 1260 M di Ain Jalut. Peperangan ini turut disertai oleh isteri Sultan Saifudin Qutuz, Jullanar yang akhirnya syahid di Medan pertempuran. Perang ini kemudian dimenangkan oleh pasukan Islam dengan gemilang.

9. Perang Yakhliz.
Pada 15 Ramadhan 1294 Hijriyah, tentara Islam Dinasti Ottoman yang dipimpin oleh Ahmad Mukhtar Basya dengan jumlah 34.000 pasukan mengalahkan tentara Rusia yang berjumlah 740.000. Sebanyak 10.000 tentara rusia tewas dalam pertempuran itu. Ia menjadi kebanggaan umat Islam  mempertahankan agama yang diancamkan oleh pemerintahan Tzar di Rusia.

10. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 
Terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H. Hari itu pukul 10.00 WIB di rumah kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dilanjutkan dengan pengibaran bendera (Sangsaka) Merah Putih yang menandakan merdekanya bangsa Indonesia setelah hampir 350 tahun dijajah oleh bangsa asing.

Masih banyak tentunya kejayaan Islam di bulan Ramadhan. Bulan yang mengajarkan umat Islam tentang hakikat sebuah kemenangan. Laiknya suatu kemenangan yang dinanti bagi umat Islam yang berpuasa, berjuang dan menanti suatu kemenangan di hari-hari terakhir Ramadhan. Akankah perjuangan ini berdarah-darah, atau selamat dengan panji kemenangan yang menakjubkan.

Sungguh luar biasa perjuangan para pendahulu kita, perlu kemudian kita renungi, dan hadirkan sebuah pertanyaan "pada ramadhan yang ke 17 ini apa yang sudah kita perbuat? apa yang sudah kita menangkan?"agar menjadi pelecut semangat bagi kita. Kalaupun belum sanggup berbuat yang lebih besar, jikapun belum bisa memenangkan pertarungan, minimal kita sudah melakukan untuk menuju  berbuat yang lebih besar, atau menuju kemenagan yang lebih besar, dengan keshalihan pribadi kita menuju keshalihan ummat.


Semangat menjadi pribadi yang shalih, shalihah untuk menuju keshalihan ummat di bulan Ramadhan dan bulan-bulan berikutnya...

Wallahu a'lam bisshowab...


disadur dari berbagai sumber.

Selasa, 23 Juli 2013

Memendam Rindu

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Riak-riak fajar membuyarkan kehenigan malamku saat berkhalwat kepada Robbku, ku dengar suara ramai di luar, mereka adalah para santri yang sudah bangun dari tadi menunaikan sahur dan bersiap-siap menyambut subuh, Ramadhan tahun ini ada yang sedikit berbeda dari sebelumnya, aku benar-benar tinggal di lingkungan pesantren bersatu padu dengan para santri dan ustazah yang lainnya. Awalnya merasa terganggu dengan suara-suara bising mereka, namun akhirnya terbiasa juga. Nikmati saja setiap fase ini. Sebelumnya kami para guru tinggal di wisma luar pesantren namun setelah gedung-gedungnya jadi kami di pindahkan ke dalam. Seru juga, benar-benar merasakan alam pesantren.

Hari pertama Ramadhan seperti biasa, masih kulalui bersama sahabat-sahabatku, belum bersama seseorang yang akan menggenapkan agamaku, walaupun cita-citaku ramadhan kali ini sudah bersama seseorang, namun Allah belum berkehendak. Syukuri saja apa yang ada, jangan berputus asa dari rahmat Allah, harapan masih ada selama mentari masih bersinar.

Sebelum ramadhan lalu aku menuliskan target-target yang ingin ku capai di bulan ini, terkait dengan ibadah-ibadah mahdhoh dan kegiatan sosial lainnya. Alhamdulillah targetan-targetan itu terealisasi dengan baik, semua atas izin Allah SWT dan secara manusiawi tak terlepas dari persiapan pra ramadhan yang pernah ku posting beberapa waktu lalu, dan ternyata persiapan yang lebih matang dan sungguh-sungguh membuahkan hasil yang baik pula. Tak ada masalah ketika melakukan ibadah-ibadah sunnah apalagi wajib. Bangunpun Alhamdulillah tak ada rasa malas. 

Hampir setiap malam tarawih kami di imami oleh syeikh langsung dari arab, bacaannya Subhanallah, bikin hati terasa lapang, setiap tarawih menghabiskan ½ juz Al Qur’an, di mulai dari juz 1 dengan 23 roka'at sehingga waktu tarawih kami sekitar 1,5 jam, lumayan riadho yang paling menyehatkan dan bernilai pahala insya Allah.

Targetan-targetan hanyalah pelecut semangat bagi kita dalam menjalaninya namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita tetap istiqomah melakukannya walupun dalam kondisi kepayahan yang luar biasa bahkan diharapkan bisa istiqomah di bulan-bulan berikutnya.

Hari ke lima ramadhan aku bersama sahabatku: mb Nur menempuh perjalanan yang cukup jauh dan penuh perjuangan dalam hujan dan badai.  Dengan mengendarai motor kami menghadiri kajian yang selalu popular buat para lajang, apalagi kalau bukan kajian pra nikah, temanya juga sangat provokatif “Nikah Yuk” bikin para lajang terpanggil.  Dalam kajian itu intinya menikah jangan menunggu mapan, apalagi menikah adalah untuk menjaga diri dari maksiat, maka bersegeralah. Kelak Allah yang akan mencukupkanmu. Namun bila belum dipertemukan maka sabar dan sholat adalah kunci utama bagi orang-orang yang beriman. 

Terakhir yang sedikit menguras perhatian jamaah adalah pertanyaan dari salah seorang peserta “bagaimana kalau menikah bedah haraqah? Sang ustad menjelaskan, boleh-boleh saja asalkan siap dengan segala resikonya, artinya jika berbeda pandangan maka sedikit banyak pasti akan berbeda dalam hal visi dan misi membangun keluarga, dan gesekan-gesekan lainnya. Maka perlu manajemen yang pas dan rapi agar tercipta harmonisasi dalam rumah tangga. Diakhir penjelasan ustad menyarankan “bila masih ada yang sejalan kenapa harus berpindah ke lain hati? yang bikin para peserta tertawa, dan menurutku juga begitu. Namun kata beliau itu adalah pilihan, semuanya adalah kita yang memilih tentunya dengan campur tangan Allah SWT.

Hari ke 12 ramadhan liburpun tiba, kami libur sejak tanggal 22 juli - 20 agustus, lumayan sebulan full waktu libur, yah sekolah kami memang berbeda dengan sekolah yang lainnya. Kami tidak ada libur setelah ujian akhir semester kemarin, karenanya sekalian libur lebaran, pertimbangannya karena para santri dan guru di sini banyak berasal dari daerah yang jauh: dari sabang sampai merauke. 

Agendaku tidak langsung pulang, ku ingin mengisi hari-hari ramadhanku dengan penuh makna lagi, meskipun hatiku sudah sangat rindu pada ibunda dan ayah, serta saudara dan keponakanku yang lucu. Terbayang wajah ibu dan ayah yang penuh kasih, masih kurasakan pelukan hangatnya setahun lalu. Ini adalah kali pertamaku tak pulang ke pangkuannya selama setahun. Seminggu yang lalu mereka menelponku, menanyakan kepastian kapan kepulanganku, aku jelaskan dengan hati-hati bahwa aku belum bisa pulang lebih cepat, karena ingin menunaikan targetan ramdhanku yang ke 13: I’tikaf. 

Dengan lemah ibu menjawab “ya…ngak papa bila itu baik untukmu nak”, meskipun aku sungguh tau dalam hatinya sangat mengharapkan kepulanganku. Aku terharu, akhirnya mencair juga bongkahan es di kutub mataku. Terimakasih ibu, ayah atas pengertianmu…bukan ku tak ingin segera berjumpa denganmu, aku hanya tidak ingin melewati ramadhan kali ini dengan biasa-biasa saja, aku ingin lebih bermakna lagi, bertemu lebih lama dengan Robbku, biar ku lepaskan semua gundah gulana yang seringkali singgah di langit hatiku. Tenanglah bunda, ayah, walaupun kita jarang bertemu jasad, tapi setiap  saat jiwa dan hati kita bertemu dalam setiap untaian do’aku untukmu: ibunda, ayah…aku mencintaimu karena Allah…