Cari Blog Ini

Selasa, 23 Juli 2013

Memendam Rindu

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Riak-riak fajar membuyarkan kehenigan malamku saat berkhalwat kepada Robbku, ku dengar suara ramai di luar, mereka adalah para santri yang sudah bangun dari tadi menunaikan sahur dan bersiap-siap menyambut subuh, Ramadhan tahun ini ada yang sedikit berbeda dari sebelumnya, aku benar-benar tinggal di lingkungan pesantren bersatu padu dengan para santri dan ustazah yang lainnya. Awalnya merasa terganggu dengan suara-suara bising mereka, namun akhirnya terbiasa juga. Nikmati saja setiap fase ini. Sebelumnya kami para guru tinggal di wisma luar pesantren namun setelah gedung-gedungnya jadi kami di pindahkan ke dalam. Seru juga, benar-benar merasakan alam pesantren.

Hari pertama Ramadhan seperti biasa, masih kulalui bersama sahabat-sahabatku, belum bersama seseorang yang akan menggenapkan agamaku, walaupun cita-citaku ramadhan kali ini sudah bersama seseorang, namun Allah belum berkehendak. Syukuri saja apa yang ada, jangan berputus asa dari rahmat Allah, harapan masih ada selama mentari masih bersinar.

Sebelum ramadhan lalu aku menuliskan target-target yang ingin ku capai di bulan ini, terkait dengan ibadah-ibadah mahdhoh dan kegiatan sosial lainnya. Alhamdulillah targetan-targetan itu terealisasi dengan baik, semua atas izin Allah SWT dan secara manusiawi tak terlepas dari persiapan pra ramadhan yang pernah ku posting beberapa waktu lalu, dan ternyata persiapan yang lebih matang dan sungguh-sungguh membuahkan hasil yang baik pula. Tak ada masalah ketika melakukan ibadah-ibadah sunnah apalagi wajib. Bangunpun Alhamdulillah tak ada rasa malas. 

Hampir setiap malam tarawih kami di imami oleh syeikh langsung dari arab, bacaannya Subhanallah, bikin hati terasa lapang, setiap tarawih menghabiskan ½ juz Al Qur’an, di mulai dari juz 1 dengan 23 roka'at sehingga waktu tarawih kami sekitar 1,5 jam, lumayan riadho yang paling menyehatkan dan bernilai pahala insya Allah.

Targetan-targetan hanyalah pelecut semangat bagi kita dalam menjalaninya namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita tetap istiqomah melakukannya walupun dalam kondisi kepayahan yang luar biasa bahkan diharapkan bisa istiqomah di bulan-bulan berikutnya.

Hari ke lima ramadhan aku bersama sahabatku: mb Nur menempuh perjalanan yang cukup jauh dan penuh perjuangan dalam hujan dan badai.  Dengan mengendarai motor kami menghadiri kajian yang selalu popular buat para lajang, apalagi kalau bukan kajian pra nikah, temanya juga sangat provokatif “Nikah Yuk” bikin para lajang terpanggil.  Dalam kajian itu intinya menikah jangan menunggu mapan, apalagi menikah adalah untuk menjaga diri dari maksiat, maka bersegeralah. Kelak Allah yang akan mencukupkanmu. Namun bila belum dipertemukan maka sabar dan sholat adalah kunci utama bagi orang-orang yang beriman. 

Terakhir yang sedikit menguras perhatian jamaah adalah pertanyaan dari salah seorang peserta “bagaimana kalau menikah bedah haraqah? Sang ustad menjelaskan, boleh-boleh saja asalkan siap dengan segala resikonya, artinya jika berbeda pandangan maka sedikit banyak pasti akan berbeda dalam hal visi dan misi membangun keluarga, dan gesekan-gesekan lainnya. Maka perlu manajemen yang pas dan rapi agar tercipta harmonisasi dalam rumah tangga. Diakhir penjelasan ustad menyarankan “bila masih ada yang sejalan kenapa harus berpindah ke lain hati? yang bikin para peserta tertawa, dan menurutku juga begitu. Namun kata beliau itu adalah pilihan, semuanya adalah kita yang memilih tentunya dengan campur tangan Allah SWT.

Hari ke 12 ramadhan liburpun tiba, kami libur sejak tanggal 22 juli - 20 agustus, lumayan sebulan full waktu libur, yah sekolah kami memang berbeda dengan sekolah yang lainnya. Kami tidak ada libur setelah ujian akhir semester kemarin, karenanya sekalian libur lebaran, pertimbangannya karena para santri dan guru di sini banyak berasal dari daerah yang jauh: dari sabang sampai merauke. 

Agendaku tidak langsung pulang, ku ingin mengisi hari-hari ramadhanku dengan penuh makna lagi, meskipun hatiku sudah sangat rindu pada ibunda dan ayah, serta saudara dan keponakanku yang lucu. Terbayang wajah ibu dan ayah yang penuh kasih, masih kurasakan pelukan hangatnya setahun lalu. Ini adalah kali pertamaku tak pulang ke pangkuannya selama setahun. Seminggu yang lalu mereka menelponku, menanyakan kepastian kapan kepulanganku, aku jelaskan dengan hati-hati bahwa aku belum bisa pulang lebih cepat, karena ingin menunaikan targetan ramdhanku yang ke 13: I’tikaf. 

Dengan lemah ibu menjawab “ya…ngak papa bila itu baik untukmu nak”, meskipun aku sungguh tau dalam hatinya sangat mengharapkan kepulanganku. Aku terharu, akhirnya mencair juga bongkahan es di kutub mataku. Terimakasih ibu, ayah atas pengertianmu…bukan ku tak ingin segera berjumpa denganmu, aku hanya tidak ingin melewati ramadhan kali ini dengan biasa-biasa saja, aku ingin lebih bermakna lagi, bertemu lebih lama dengan Robbku, biar ku lepaskan semua gundah gulana yang seringkali singgah di langit hatiku. Tenanglah bunda, ayah, walaupun kita jarang bertemu jasad, tapi setiap  saat jiwa dan hati kita bertemu dalam setiap untaian do’aku untukmu: ibunda, ayah…aku mencintaimu karena Allah…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^