Bandung-Garut-Tasikmalaya-Banjar-Cilacap-Purwokerto-Kutoarjo-Wates-Yogyakarta subhanallah menempuh perjalanan selama 13 jam muter-muter. Kalo mau dibilang
lelah, sungguh melelahkan, tapi bila dinikmati asik juga jalan-jalan jadi tau
daerah-daerah yang selama ini hanya dilihat Iewat peta atau televisi. Alhamdulillah
menjelang subuh saya sampai di kosan adik tersayang: Jurni Hayati, di daerah
UGM tepatnya di Jl kaliurang karang gayam. Suasana kosan ngak jauh beda seperti
yang sering diceritakan adik saya. Saya disambut ramah oleh mereka, rasa
persaudaraan terasa begitu kental, yah persaudaraan karena islam mengalahkan
segalanya, saya yang pertama kali datang ke sini tak merasa asing, bahkan
terasa seperti saudara yang lama tak bertemu. Kosan ini khusus buat para
“akhwat”, sehingga suasananya insya Allah terjaga. Saya jadi inget, banyak
orang-orang bilang di UGM itu lingkungannya kurang bagus terlalu babas, padahal
banyak juga lingkungan yang baik tergantung kita mau pilih lingkungan yang mana.
Hari pertama saya diajak memancing
oleh adik dan temen-temen kosan, tempatnya di kolam pemancingan babakan sari,
kami konvoi menggunakan sepeda motor, wah pengalaman pertamaku mengendarai
motor di Jogja, ternyata ada macet juga ya apalagi hari libur menjelang tahun
baru. Beruntung dapat pinjaman motor dari sahabat dek Jurni, jadi ngak
repot-repot naik angkot. Memancing sebenarnya saya suka, tapi merasa jijik kalo
harus pasang umpan cacing, tapi akhirnya ku pasang juga karena yang lain sudah
sibuk masing-masing. Saya mulai memancingria dengan gayaku sendiri, beberapa
kali menjatuhkan umpan belum ada tanda-tanda ikan menangkapnya, disinilah
hikmah kegiatan memancing melatih kita untuk bersabar, akhirnya senar pancing
itu bergerak-gerak seperti ada yang menariknya, tak ingin hilang kesempatan
segera kutarik ujung pancing itu, betapa senangnya melihat seekor ikan yang
bergelayutan di ujung senar itu ukurannya lumayan besar kalo ditimbang mugkin
sekitar 0,5 kg. Semakin penasaran saya pancing lagi dan lagi sampai satu jam
saya mendapatkan beberapa ekor ikan, adikku dan teman-teman yang lain tak kalah
asiknya mereka juga mendapatkan banyak ikan, alhasil ikan pancingan kami
mencapai 10 kg, karena hari semakin
siang kami memutuskan untuk menyudahinya. Kami serahkan hasil pancingan kepada pemilik kolam,
mereka yang memasak, tinggal kita minta menu apa, bisa digoreng, dibakar atau
yang lainnya. Lumayan murah dengan menu yang enak dan makan sepuasnya bahkan
dibawa pulang kami hanya membayar 190 ribu untuk porsi 10 orang, itu sudah
termasuk nasi, sayur dan sambel lho. Nah ini rekomendasi buat kalian yang suka
memancing, silahkan mencoba.
Hari kedua tepat tanggal 1
Januari 2013 saya bersama dek Jurni dan dua sahabatku yang juga sedang studi S2
di UGM pergi ke taman pintar. Wah ini benar-benar pengalaman luar biasa dan
perlu menjadi pertimbangan kalian juga bila ingin berkunjung kesana. Mulai dari
perjalanan yang super macet sampai membludaknya pengunjung sehingga bukannya
refressing justru bikin stress. Ini karena bertepatan dengan hari libur
nasional sehingga banyak sekali pengunjung dari berbagai daerah bahkan dari luar
Jogja. Sebenarnya liburanku ini bukan sengaja mengambil moment tahun baru, tapi
karena liburan sekolah bertepatan dengan tahun baru maka jadilah terkena
imbasnya. Beruntung ketika masuk ke sana banyak ilmu yang didapat, misalnya
kita bisa memahami hukum-hukum dasar fisika dengan permainan yang asik seperti pemantulan
bunyi, bayangan tiga dimensi, gaya magnet, energi elektromagnetik, perubahan
energy sampai yang paling rumit dan canggih seperti perakitan nuklir.
Subhanallah, sungguh taman penuh ilmu pengetahuan semoga bisa menjadi sarana
mencerdaskan. Oya tiket masuk ke sini tidak terlalu mahal lho cuma 10 ribu
perorang. Memperhatikan waktu sangatlah penting karena berhubungan dengan
kenyamanan kita, nah saran saya kalo mau berkunjung ke sana atau ke tempat
wisata manapun jangan bertepatan dengan hari libur nasional seperti libur hari
raya, libur sekolah apalagi libur tahun baru wah…bisa bikin stress.
Lanjut setelah dari sana kami
meluncur ke UNY tempat IBF Yogyakarta, hunting buku, ini tips juga lho buat
kalian yang suka beli buku jangan lewatkan moment IBF karena semua buku
didiskon jadi lumayan menghemat. Sedikit info kalo di Jakarta ada tiga episode
untuk Book Fair, pertama IBF (Isamic Book Fair) sekitar bulan maret setiap
tahunnya, kedua JBF (Jakarta Book Fair) sekitar bulan Juli dan ketiga IBF
(Indonesian Book Fair) sekitar bulan November. Tapi kalo buku-buku islam
terlengkap ya di IBF yang pertama.
Hari berikutnya kami mengunjungi Masjid
Agung Keraton sekalian sholat ashar di sana, masjid ini tampak sederhana, sepertinya
memang sengaja tidak direhab menjadi lebih megah, mungkin untuk mempertahankan
keasliannya. Kemudian lanjut ke museum kereta, tiket masuk ke sini 3 ribu per
orang, di sini kita bisa melihat berbagai macam jenis kereta yang digunakan
para raja dan permaisuri keraton Yogyakarta zaman dulu. Terus dekat sana ada
alun-alun utara bila ingin mampir untuk berbelanja oleh-oleh. Tiga tempat itu
letaknya berdekatan sehingga bisa sekalian dikunjungi.
Lanjut, sore itu waktu masih
menunjukkan pukul 4.15 kami memutuskan pergi ke pantai parang tritis,
perjalanan menggunakan sepeda motor sekitar 1 jam, ini pengalaman pertamaku
mengendarai motor jarak jauh setelah 2 tahun tidak melakukannya. Subhanallah,
prestasi bagi saya, kami tiba pukul 5.05. Setelah parkir motor, kami segera
berjalan ke bibir pantai. Kangen dengan suasana pantai, cukup lama tidak
menikmati semilir angin pantai mungkin sekitar 8 bulan lalu waktu rihlah ke
kepulauan seribu bareng teman-teman ngaji. Mataku segera menyapu ke seluruh
penjuru, suasana lumayan sepi hanya ada beberapa orang lain yang sedang
menikmati suasana pantai bersama keluarga atau teman-teman mereka,
alhamdulillah ini moment yang tepat karena tidak bertepatan hari libur jadi
tidak terlalu ramai.
Tiba-tiba saya berfikir sesuatu
sambil menunjuk ke arah barat “dek kalo kita berlayar terus ke arah barat nanti
akan sampai ke pantai panjang Bengkulu lho” kataku kepada dek Jurni dan adek
sepupuku: Bayu dengan gaya sedikit sok tau hehe…tapi beneran saya tau dengan
bekal sedikit pelajaran geografi yang ku pelajari waktu SMP/SMA dulu. Nah kalo
dibandingkan, menurutku pantai panjang lebih asri dan indah dengan hamparan
pasir putih dan jejeran pohon cemaranya. Yang membuat menarik pantai parang tritis
ini jejeran bukit yang mengelilinginya. Kami tak sempat bermain air karena
waktu terbatas, hanya naik kereta kuda menyusuri pantai bersama pak kusir,
rasanya eksotis juga, untuk ini kami membayar 20 ribu sekali putar. Hari
semakin sore, maksud hati ingin menikmati sunset senja itu namun mendung
menutupinya, sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Tapi tak perlu menyesal,
ini sudah kehendak-Nya, ini adalah rahmat-Nya, bersyukur dan berdo’a adalah tindakan
paling tepat.
Karena di atas sana mendung
semakin pekat, kami memutuskan untuk segera pulang. Gerimis sudah mulai
merintik kami terus melaju tak memperdulikannya, hanya khawatir nyampe
kemalaman. Pertengahan perjalanan hujan semakin deras, kami kesulitan mencari
tempat singgah untuk menunaikan sholat maghrib akhirnya karena tubuh sudah
basah kuyup kami terus melaju membelah hujan. Sampe di kosan pas adzan isya,
jadilah sholat maghrib dan isya di jama’ ta’khir. Astagfirullah…
Hari berikutnya saya tak ke
mana-mana istirahat saja di kosan dek Jurni, badan terasa remuk redam setelah
kehujanan semalam. Baru sorenya ikut kajian HIMPAS UGM, kumpul dengan mahasiswa
jadi berasa mahasiwa lagi deh. Temanya cukup menggugah “Mencari Tuhan yang
Hilang” mungkin tema ini diagkat karena fenomena semakin banyaknya jiwa-jiwa
yang lalai mengingat Allah karena urusan duniawi semata, naudzubillah… Pada
intinya Allah takkan pernah hilang, kitalah yang seringkali menjauh dan
menghilangkan diri. Tips yang saya peroleh dari kajian ini:
- Mengenali diri sendiri (bila kau mengenali dirimu maka kau akan mengenali Tuhanmu)
- Bersegera memenuhi panggilan Allah (sholat tepat waktu)
- Membaca, mengkaji dan mengamalkan Al Qur’an
- Mengikuti sunnah Rosulullah SAW
Sebenarnya tips ini sudah sering
dibaca dan didengarkan, tapi manusia itu memang harus sering diingatkan supaya
tidak lalai, karena lalai merupakan salah satu sifat manusia. Jadi jangan
pernah bosan untuk diingatkan dan mengingatkan (saling menasehati untuk
kebenaran dan kesabaran; QS. Al Asr: 3).
Hari terakhir di Jogja, saya
bersilaturrahim ke rumah mbak Ummi, beliau adalah kakak tingkatku waktu di
kampus dulu, walaupun beda fakultas namun kami sering bersama-sama di LDK dan
pernah satu kosan juga, jadi sudah sangat dekat. Beliau sekarang tinggal di
Jogja tepatnya di daerah bantul bersama suami dan anaknya. Kami bercerita
panjang lebar melepas kerinduan setelah 2 tahun tak berjumpa. Satu hal lagi
yang membuatku belajar dari beliau, tentang kesabarannya, beliau begitu sabar
dan telaten mengurus anaknya yang dalam kondisi belum normal. Bayangkan kawan,
anak usia 10 bulan harusnya sudah bisa duduk bahkan berjalan namun bocah kecil
itu masih terbaring lemah, otot kaki dan tangannya tampak kaku dan belum bisa
digerakkan.
Mbak ummi bercerita bahwa keadaan
anaknya seperti itu bukanlah dari lahir, dulu ketika usianya tiga bulan ia
terkena demam tinggi namun karena lambatnya penanganan ia menjadi kejang-kejang
hingga terkena step. Step adalah penyakit yang rentan menyerang balita dan
anak-anak yang ditandai dengan demam tinggi, kalo kondisi parah maka akan
menyebabkan kejang-kejang, nah inilah yang membahayakan bila sudah
kejang-kejang maka ada saraf yang rusak. Itulah yang terjadi pada bocah mungil
itu hingga belum bisa berjalan dan berkata-kata, namun dari wajahnya yang polos
itu ia selalu memancarkan senyum tanpa beban. Untuk kesembuhan si kecil mb Ummi
sedang mengusahakan terapi agar bisa kembali normal. Semoga adik kecil diberi
kesembuhan oleh Allah dan diberi kesabaran pada kedua orang tuanya. Perlahan air
mataku mengalir penuh rasa haru, menyadari begitu banyak nikmat yang patut disyukuri termasuk nikmat kesehatan, cara
mensyukurinya adalah menjaganya.
Malam terakhir suasana mengharu
biru, lantaran sebentar lagi waktu perpisahan dengan adinda tersayang, sahabat,
dan saudara-saudara baru di sini akan segera tiba, besok pagi saya harus
melanjutkan perjalanan. Dalam keharuan ini kami semakin terharu karena mendapat
berita gembira, dek Jurni lulus tes PAPS dan ACEPT di UGM, artinya dia positif
melanjutkan studi di sini, cita-citanya yang sejak lama, Alhamdulillah, do’anya
terkabul. Tak ada yang paling indah dalam hubungan saudara selain melihatnya
bahagia, Barokallah ya dinda…semoga ini adalah tapak-tapak menuju cita-citamu…semoga
Allah memudahkannya, aamiin…
Dengan berat ku tinggalkan kota
ini, entahlah… ada harapan yang masih tertinggal di sini namun langkah harus
tetap berpacu. Ku titipkan harapan itu pada Sang Khalik, semoga mewujud pada waktu yang Allah kehendaki…
*******
Perjalananku berlanjut ke
Semarang mengunjungi sahabat penaku: Ania Maharani, karena janji adalah hutang
jadi saya berusaha memenuhi janji padanya. Dari terminal Jombor Jogja tepat
pukul 9.30 saya melaju bersama bus Ramayana menuju Semarang. Tubuh terasa lelah
namun mata tak mau terpejam, saya menikmati perjalanan yang melewati
bukit-bukit hijau nan asri terasa sejuk memenuhi rongga dada, hamparan hijau di
kanan kiri jalan itu membuatku bertafakur betapa Rahman dan Rahimnya Allah,
pantaslah bila negeri ini dijuluki “gemah ripah loh jenawi” apapun yang ada di
sini tumbuh subur. Mungkinkah negeri ini adalah atlantik yang hilang? Yang
pernah ku baca di The Lost of Java dan majalah Earth, wallahu a'lam bish showab.
Melihat keberlimpahan ini, bagaimana mungkin masih banyak manusia yang
kelaparan, hidup dibawah garis kemiskinan, sungguh tak relevan, mungkinkah
sudah terlalu banyak hati yang terlampau egois, hingga tak lagi memikirkan
orang lain. Fikirku melayang jauh ke masa depan, inginku kian menguat:
membangun peradaban. Dan butuh tapak-tapak untuk menuju ke sana, dimulai dari
diri sendiri, dimulai dari yang kecil dan dimulai dari sekarang.
Tepat pukul 13.00 saya tiba di
terminal kukun Semarang, karena pengalaman pertama ke kota ini, saya bertanya
ke sana sini menanyakan posisi swalayan ADA, saya di minta ukhti Ania menunggu
di sana. Tak berapa lama ia datang dengan sepeda motornya, kami berpelukan mesra
untuk yang ketiga kalinya setelah di Bandung waktu itu. Kami segera meluncur,
sayapun tak tau akan dibawa kemana, setelah diperjalanan barulah ia bilang
bahwa kami akan ke masjid UNDIP, sholat zhuhur di sana. Tak pernah membayangkan
akan sampai ke kampus ini, setelah sholat zuhur saya diajak berkeliling
mengitari kamus, suasana hijau nan asri, tata ruang yang indah membuatnya
nyaman dipandang. Sayang tak sempat mengunjungi perpustakaannya, jadi
penasaran.
Setelah ashar kami segera
meluncur mencari tempat untuk memenuhi hak jasad, baru terasa kalo belum makan
siang. Saya diajak mampir ke tempat makanan khas Semarang: soto ijo. Kami
memesan dua mangkok soto, sambil menunggu pesanan kami bercerita banyak hal
tentang pengalaman masing-masing, sampai hal yang paling sensitif “Pernikahan” saya
dikagetkan dengan pertanyaan ukhti Ania yang secara polos dan tiba-tiba “sudah
punya calon mb?” dengan senyum simpul, saya berusaha menetralisir kekagetan itu
dan berkata “belum ukh, yah mungkin Allah sedang mengajarkan untuk bersabar, so
slow but sure” hanya itu kata-kata yang keluar, entahlah. Pesanan sudah
dihadapan, kami segera menyantapnya dengan lahap, wah ini laper apa doyan ya?
Kayaknya dua-duanya deh…rasanya enak, ada sensasi lain dari soto yang pernah ku
makan karena banyak ditaburi daun bawang, itulah kenapa dinamakan soto ijo,
harganya pun cukup terjangkau hanya 11 ribu per porsi.
Dari sana kami lanjut ke MAJT
(Masjid Agung Jawa Tengah), cukup jauh perjalanan menuju ke sini memakan waktu
sekitar 30 menit. Subhanallah, luar biasa sampai di pelataran masjid saya
merasakan seperti berada di Timur Tengah, desain masjid yang mirip masjid
Madinah, semakin membuat rindu untuk ke sana, kapan ya???. Yah ukhti Ania
bilang masjid ini di desain memang mirip dengan masjid Madinah, ada payung
raksasanya yang biasanya dibentang pada saat sholat jum’at. Kami buru-buru
menuju menara yang biasa untuk tempat naik melihat pemandangan kota Semarang,
sayang kami terlambat, ternyata ada batas waktu untuk naik ke sana, jam 17 .00
loket pembelian tiket ditutup dan baru dibuka lagi jam 18.30 ini untuk
menghindari waktu sholat maghrib. Kami turun kembali menuju masjid
mempersiapkan diri untuk sholat maghrib. Ini adalah sholat perdanaku di masjid
MAJT, Alhamdulillah diberi kesempatan bertemu Allah di sini rasanya damai
sekali.
Oya sebelum sholat kami sempat
bermuroja’ah, sahabatku melantunkan surat Al-Mu’minun bersama artinya,
subhanallah sungguh indah bila kita menghayati arti surat ini “Sungguh beruntung orang-orang yang
beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sholatnya dan orang yang menjauhkan
diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna dan orang yang menunikan
zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak
tercela. Tetapi barang siapa yang mencari dibalik itu (zina), maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan sungguh beruntung orang-orang yang
memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara sholatnya.
Mereka itulah orang yang akan mewarisi. Yakni yang akan mewarisi surga Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Mu’minun: 1-11), aamiin ya Robb…semoga
kami termasuk orang-orang yang beriman dan mewarisi surga Firdaus. Tak terasa
air mata menetes, pantaskah diri yang penuh dosa ini mengharap surga-Nya, Walllahu a'lam bish showab.
Usai sholat kami segera menuju
lobi menara, ngantri tiket, Alhamdulillah dengan tiket 5 ribu perorang kami
naik menggunakan lift. Melihat pemandangan “Semarang di waktu malam”. Lampu-lampu
berkerlap-kerlip di bawah sana bagai bintang bertaburan di atas permadani,
subhanallah sungguh indah, ditambah hembusan angin yang menderu deras seperti
hendak menerbangkan tubuh kami. Ternyata benar adanya analogi "semakin tinggi
pohon semakin kencang angin menerpa" begitulah kehidupan, pohon ibarat diri
kita yang semakin dewasa dan angin ibarat masalah yang kita hadapi, semakin
dewasa permasalahan semakin kompleks, tapi tahukah kawan, yang terpenting
adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah, bukan menghindar atau terbang
ikut bersama masalah. Setelah puas kami turun dan segera meluncur ke rumah ukhti
Ania, hujanpun mengguyur kami di perjalanan.
Karena lelah yang luar biasa saya
tertidur, kami tak sempat bercerita banyak malam itu, beruntung bisa bangun
jauh sebelum subuh menyempatkan diri mendekat kepada-Nya. Ba’da subuh barulah
kami berbincang-bincang bersama ibu, emh…jadi kangen ibuku. Pagi-pagi sekali aku
diajak ukhti Ania kajian minggu pagi, tapi lupa dimana tempatnya. Yang jelas
memperoleh ilmu juga disini, Alhamdulillah bila kita mau dimana saja bisa
menambah ilmu.
Selesai acara, saya mengira kami
akan segera pulang namun Ukhti Ania memang membuatku penuh kejutan, karena tak
ada rencana sebelumnya, tiba-tiba saya merasa tidak melalui jalan pulang, perjalanan
selama sekitar 30 menit mengantarkan kami ke sebuah tempat yang pernah
ditunjuki ukhti Ania semalam: Lawang Sewu. Lawang sewu itu bahasa jawa artinya
pintu seribu, bagunan ini memang mempunyai banyak pintu, di setiap ruas
baguannya terdapat pintu. Bagunan ini adalah salah satu peninggalan zaman Belanda,
dulu tempat ini digunakan sebagai stasiun. Untuk masuk dikenakan tiket 10 ribu
perorang. Kami berkeliling, di sana sini banyak ruangan kosong yang belum
terisi, menurut Ukhti Ania bagunan ini memang baru di aktifkan, sehingga masih
tahap rehabilitasi.
Ternyata ada ruang bawah tanah
juga, karena penasaran kami memutuskan untuk masuk dengan tiket 20 ribu
perorang. Untuk masuk kami diwajibkan menggunakan sepatu boat dan senter dan ditemani seorang pemandu. Perlahan-lahan kami menuruni tangga menuju ke ruang
bawah tanah, suasana gelap, beruntung
menggunakan sepatu karena di dalam ruangan semua terisi air, jadi ngak basah
saat menginjak air. Mula-mula air semata kaki semakin ke tengah air semakin dalam,
bapak pemandu kami menjelaskan bahwa air ini sengaja digenangkan oleh orang
Belanda dulu, fungsinya untuk mengokohkan bangunan agar kuat terhadap gempa,
juga sebagai pendingin ruangan, karena dulu belum ada AC, sehingga dinginnya
ruang bawah tanah akan merambat melalui dinding-dinding ruang kemudian
naik ke ruang atasnya, efeknya ruang
atas akan menjadi dingin. Tapi pada zaman Jepang ruang bawah tanah ini dialih
fungsikan menjadi tempat penyekapan para pejuang Indoneia. Tak terbayang begitu
kejamnya penyiksaan terhadap mereka dulu, di sekap berhari-hari bahkan
berbulan-bulan diruang pengap dan sempit seperti ini hingga banyak yang
meninggal. Masya Allah, semoga mereka yang beriman syahid di jalan-Nya, aamiin…
Setelah dirasa cukup kami segera
meluncur menuju tempat oleh-oleh khas Semarang, saatnya berbelanja oleh-oleh, beberapa makanan khas Semarang teredia di sini, ada wingko babat dan lunpia, saya memilih wingko babat, karena lunpia tidak tahan lama, saya khawatir sampe Cikarang teman-teman tidak bisa menikmati.
Ada kisah romantis antara saya dan ukhti Ania, kami saling memberi hadiah, ia
memberiku hadiah ornament sepasang kura-kura kecil sedangkan saya memberinya
sebuah bross, bahagianya ^_^ semoga itu sebagai kenangan tak terlupakan ya
ukhti ^_^
Sore itu tepat tanggal 6 Januari
2013 Jam 17.00 perlahan-lahan saya meninggalkan kota semarang. Selamat tinggal
Semarang, semoga diberi kesempatan lagi kembali ke sini, aamiin…
NB:
buat: ukhti Ania, adindaku Jurni,
ukhti Nanda, Mb Ayi, dek Melia, dek Fatin, dek Endah, mb Umi, dek Bayu dan
semuanya Jazakumullah khoir telah membuat liburanku penuh hikmah ^_^ bahagianya
bersilaturrahim dengan kalian, semoga ada kesempatan lagi menoreh cerita lebih
dahsyat…
Alhamdulillah.. saya juga bersyukur karena Alloh akhirnya mempertemukan kembali, sist.. kapan-kapan, maen ke Semarang lagi, yaaaa..
BalasHapussee u @next time ^_^
Oke, insya Allah ukhti, semoga masih diberi waktu untuk kita berjumpa lagi ^_^ aamiin...
BalasHapus