Seminggu pasca lebaran aku mengagendakan menghadiri walimahan sahabatku tercinta di sebuah kota yang sering ku lewati ketika pulang-pergi saat libur kuliah dulu. Tepatnya tanggal 25 agustus, aku pergi bersama seorang sahabat yang dulu kakak tingkatku dengan naik angkutan umum. Dalam perjalanan kami bercerita tentang masa indah yang pernah kami lalui ketika bersama di LDK dulu. Jalan yang berkelok-kelok membuat perutku terasa melilit seperti ingin mengeluarkan isinya, padahal tak ada yang bisa dikeluarkan, mungkin ini adalah efek tidak sarapan sebelum berangkat karena tak sempat.
Ku tahan
rasa mual itu hingga tak kurasakan lagi, aku tertidur. Samar-samar kulihat di
kanan dan kiri jalan tatakan permadani hijau bersusun bertingkat-tingkat yang
dinamakan terasering. Di atasnya tumbuh sayur mayur, terbentang di bawah kaki
langit nan biru, luas sejauh mata memandang. Sinar mentari memancarkan
kehangatannya terus meninggi bersama sang waktu. Gundukan bukit yang berjajar
indah menambah anggunnya daerah ini, bukit yang terkenal seantro nusantara
bahkan di dunia sebagai paru-paru dunia “Bukit Barisan” yang membentang
sepanjang pulau Sumatera.
Mobil terus
melaju membelah jalan yang mulai ramai dilalui orang-orang yang mungkin pergi
mengunjungi saudaranya atau sahabatnya yang masih dalam suasana Idul Fitri atau
hanya sekedar jalan-jalan menikmati indahnya keasrian kota. Satu setengah jam
perjalanan menghantarkan kami tiba di tempat acara tepat pukul 10.30, akad sudah selesai, ada
rasa menyesal tidak bisa menyaksikan ikrar suci itu. Orang-orang sudah ramai
berdatangan, kami disambut hangat oleh sahabat-sahabat lamaku yang ikut menjadi
panitia, cupika-cupiki bergantian kami lakukan.
Rasa haru
menyelimuti hatiku, pernikahan ini memberikan keberkahan bagi kami, bagaimana
tidak tanpa sengaja menjadi tempat reuni tak terencana para alumni LDK UNIB.
Perjumpaan yang sebenarnya sudah ku rencanakan jauh hari sebelum kepulanganku,
namun karena suatu kondisi kami belum sempat bertemu di Bengkulu, akhirnya kami
bertemu di sini di kota Curup.
Alunan
syahdu nasyid mengiringi kebersamaan kami, bercengkrama, saling bertanya kabar.
Tak sadar, mataku tertuju kearah sahabatku yang sedang bersanding di hadapan
kami, ku lihat ada rona kebahagiaan yang memancar diwajahnya. Dia sekarang sudah
menggenapkan separuh agamanya bersama seorang pemuda sholih pilihan Allah.
Barokallah sahabatku tercinta, Mila Pratiwi, “ Barokallahulaka wabaroka ‘alaika
wa jama’ah bainakuma fi khoir” semoga menjadi keluarga “SAMARATA” sakinah,
mawaddah wa rohmah wa taqwa. Aamiin…
Hari semakin
siang, setelah sholat zhuhur berjamaah kami berfoto bersama sebagai kenangan
untuk berpisah dalam waktu yang lama lagi. Kami saling berpelukan sebagai tanda
perpisahan, lama membenamkan kepala pada masing-masing pundak diselipi
do’a-do’a tulus yang kami ucapkan, suasana mengharu biru, sebiru langit yang
membentang di atas kota Curup. Sahabat, entah kapan kita bertemu lagi, jika
nafas ini masih ada harapanku Allah mempertemukan kita. Semoga ukhuwah kita akan
terus tumbuh subur selamanya…
Ana uhibbuki
fillah…
Wisma Mahabbah,
Cikarang, 8
September 2012
Ctt:
untuk sahabat-sahabat seperjuanganku di LDK
UNIB
dan adik-adikku di MGC-FP UNIB.
Terus berjuang untuk hidup yang lebih
bermakna… ^_^
Jalanan menuju kota curup
Alumni Aktifis LDK UNIB
Barokallah sahabatku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^