Perjalanan
selama satu jam Jakarta-Bengkulu terasa begitu lama bagi seorang yang sangat
merindukan perjumpaan dengan sahabat-sahabat lama sepertiku. Ku lihat guratan
pantai pasir putih yang begitu indah memanjang semakin lama semakin terlihat
jelas dibawahku, pantai yang begitu asri dengan hamparan pepohonan cemara yang
menghijau tempat kami dulu bermain-main pasir, bermain air atau bersepeda
sekedar melepas penat saat jenuh menyapa ditengah padatnya aktivitas. Dalam
hati aku berseru “sebentar lagi akan sampai Pantai Panjang sudah terlihat”,
pantai yang terkenal terpanjang di Indonesia dengan garis pantai sekitar 7 km.
Saat
menjejakkan kaki pertama di bumi Raflesia setelah dua tahun ku tinggalkan ada
rasa bahagia memenuhi relung hatiku. Bahagia karena aku pernah disini menempa
diri agar menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Ketika tiba aku segera
menghubungi sahabatku tercinta yang pernah membersamaiku selama bertahun-tahun
dalam sebuah halaqoh dia bernama Rani Asmara, ternyata dia sudah menungguku sejak
dari tadi. Aku menunggu antrian pengambilan koper kesayangan, setelah beres
barulah kami bertemu, pelukan harupun mengawali pertemuan kami.
Kami segera meluncur
menuju kontrakannya yang tak jauh dari sana. Kontrakan yang cukup besar, ia
tempati sendiri. Sebelumnya dia tinggal berdua bersama adik satu-satunya,
sekarang adik tercintanya melanjutkan studi S2 di kota Bandung. Aku berseloroh dengan
menggunakan bahasa Bengkulu “besak nian kontrakan iko dak ukh, eloknyo beduo”
sahabatku menimpali “betigo lebih elok lagi ukh” , kami tertawa dengan celotehan sendiri. Yah,
mungkin sekedar ungkapan harapan yang sedang dinanti.
Malamnya
kami banyak bercerita tentang masa lalu, juga tentang masa depan, ternyata ia
juga sudah melanjutkan S2 di Universitas yang sama dengan S1nya UNIB,
barokallah ya ukh, semoga dimudahkan semua urusannya. Rasa kantuk bercampur lelah membuat kami
akhirnya tertidur. Kami terbangun saat suara panggilan dari masjid mengingatkan
untuk segera menunaikan sunnah sahur ramadhan. Hari itu sahabatku masih bekerja
seperti kantor-kantor pemerintah yang lain, masih belum libur menjelang
lebaran, sementara aku bersiap-siap mengunjungi sahabatku yang lain.
Ada rasa
canggung ketika naik angkot menuju Kandang Limun Universitas Bengkulu, sudah
cukup lama aku tinggalkan kota ini, kini aku kembali lagi sekedar untuk singgah
melepas kerinduan. Kedatanganku di UNIB disambut rimbunan pepohonan nan hijau
menyejukkan mata, suasana sepi, jarang sekali terlihat orang-orang melintas,
aku baru tersadar ini adalah bulan agustus saat libur panjang kampus-kampus
negeri, bertepatan dengan libur menjelang lebaran.
Aku segera
menepi mencari sudut yang dulu pernah menjadi tempatku merenung. Tepat di
pinggir danau di bawah rimbunan pepohonan aku duduk sambil memandang sekitar. Semilir
angin menerpa wajahku, menggesekkan dedaunan membunyikan alunan tentang kehidupan diiringi
riak-riak air danau yang membentang dihadapanku menambah damainya suasana
disiang itu. Andaikan saja aku datang lebih pagi, aku bisa mendengarkan kicauan
burung yang hinggap di pepohonan dan terbang bebas kesana kemari seperti yang
sering kami lakukan dulu ketika waktu kosong disela-sela kuliah atau praktikum
sambil baca-baca buku atau ketika mentoring SQT (Studi Qur’an Terpadu)
adik-adik baru, kegiatan yang setiap tahun menjadi agenda besar kami untuk
mengentas buta huruf al-qur’an di tingkat perguruan tinggi. Setelah satu
semester ada mentoring lanjutan yang dikhususkan lagi menjadi kelompok-kelompok
baru. Indahnya mengenang masa-masa itu,
berharap apa yang ku lakukan dulu bermanfaat bagi orang lain.
Lama aku
menikmati kesendirianku di tepi danau itu, menyelami masa lalu yang begitu
bermakna dalam hidupku. Setelah puas aku segera menghubungi adik tingkatku yang
sedang semester akhir disana, adik penerus perjuangan kami di LDF Pertanian yang
bernama MGC (Moslem Generation Club). Sengaja aku tidak mengontaknya lebih dulu
untuk “surprise”, beberapa saat aku mengunggu akhirnya dari arah belakang
dikejauhan seseorang degan jilbab putih membalut wajahnya memakai gamis coklat melambai-lambaikan
tangannya kearahku, dialah adikku tersayang Umi Salamah, yang dengan
kesabarannya terus istiqomah dalam dakwah disaat yang lain sibuk dengan
urusannya masing-masing. Kami semakin dekat hingga akhirnya bertemu dalam
pelukan hangat, sehangat jiwa kami selama bertahun-tahun tak bertemu.
Kami
terduduk di hamparan rumput hijau di tepi danau itu melepas kerinduan, sambil bercerita
perkembangan kampus dari mulai LDF, LDK, BEMF, BEMU, KAMMI, UKM P3 M, sampai
HIMA “alhamdulillah sekarang semua kader yang pegang mbak” ungkapnya. Walaupun sebenarnya
kami sering chatingan tapi tetap saja ingin mendengarkan ceritanya secara
langsung supaya lebih memuaskan. Waktu mengalir begitu cepat melewati
pucuk-pucuk pohon yang menjulang turun menyapa kami yang baru tersadar saat
adzan ashar memanggil.
Tak ingin
ketinggalan kamipun segera bergegas menuju masjid Kampus Darul Ulum (DU),
melewati lorong-lorong rimbun nan asri, letaknya cukup jauh bila berjalan kaki
karena berada di sudut kampus depan, dari rektorat tempat kami berada memakan
waktu sekitar 15 menit. Waktu kuliah dulu kami sering melakukannya walau kadang
terasa berat, hanya untuk menghadiri syuro LDK atau syuro KAMMI Tepi Barat UNIB
atau acara lainnya. Sekarang kami cukup menempuhnya hanya 2 menit dengan sepeda
motor. Tak ada yang berubah di masjid DU tempat best camp LDK UNIB, tetap
memancarkan kesederhanaannya.
Waktu terus
beranjak sore saat ada sebuah pesan masuk ”ayuk dimano kini? sayo ndak ke UNIB, nyampe sekitar 15 menit lagi, kito
ketemu di Lab. Agro ajo” sebuah pesan dari seorang adik tingkatku yang sedang pulang
berlibur dari S2nya di kota Bogor. Seorang adik yang pernah mengingatkan aku untuk
banyak tersenyum dengan setiap orang, namanya Helfi Saputra. Kami segera
meluncur ke Lab. Agro (Laboratorium Agronomi) tempat kami melakukan berbagai
percobaan dulu ketika kuliah. Suasana jalan-jalan kampus sepi karena hari sudah
semakin sore. Akhirnya kami bertiga bertemu dan bercerita berbagai hal sambil
melihat-lihat suasana sekitar Lab.
Ada yang
menarik di sana yang baru ada sekarang “Rumah Anggrek” tapi sayang kami tidak
bisa masuk, hanya melihat dari luar saja karena pintunya terkunci dan
petugasnya sudah pulang. Aku sangat menyukai tanaman, bagiku tanaman adalah
sumber kehidupan. Dia memberikan kehidupan bagi mahluk hidup lain dengan
kemampuannya membuat makanan sendiri (Autotrof).
Sungguh
mulia jika kita mengambil pelajaran dari tanaman, kita mestinya mampu
memberikan manfaat bagi orang lain apapun kondisi kita, seperti sebuah ungkapan
yang pernah ku tulis beberapa waktu lalu ” Bila tak mampu menjadi pohon yang besar dan
rindang, jadilah saja perdu yang mengokohkankan dan meramaikan, bila tak mampu
menjadi perdu yang mengokohkan dan meramaikan, jadilah saja rumput yang
menghijaukan permadani, bila tak mampu menjadi rumput yang menghijaukan
permadani, jadilah saja lumut yang menyuburkan tanah gersang dan tandus, bila
tak mampu menjadi garuda yang kuat terbang kemana pun, jadilah saja walet yang
membuat sarangnya bermanfaat, bila tak mampu menjadi hujan yang membasahi bumi,
jadilah saja embun yang meneteskan kesejukan dipagi hari. Menjadi apapun
dirimu, jadilah yang bermanfaat bagi orang lain sesuai kemampuanmu...”
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" [HR. Thabrani dalam Al-Ausath].
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" [HR. Thabrani dalam Al-Ausath].
Hari
menjelang maghrib saat kami perlahan meninggalkan kampus, waktunya berbuka,
kami segera mencari tempat untuk sekedar memenuhi hak jasad, alhamdulillah
puasa yang ke 26 terlewati. Hari itu dilalui dengan sangat indah, sayangnya aku
tak sempat bertemu dengan adik-adikku tercinta lainnya, ada sebagian mereka
yang sudah mudik lebaran, mungkin kita belum diberi kesempatan oleh Allah untuk
bertemu kembali, mudah-mudahan suatu hari nanti kita dipertemukan kembali
adik-adikku. Aku sudah cukup terharu dan bahagia mendengar kabar baik MGC
semakin gemilang dan banyak mengukir prestasi dari kader-kadernya, semoga Allah
memberkahi kalian dan penerus-penerusnya nanti. aamiin.
Wisma Mahabbah,
Cikarang, 7 September 2012
Ctt:
Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku di LDK
UNIB
dan adik-adikku di MGC-FP UNIB.
Terus berjuang untuk hidup yang lebih bermakna… ^_^
Terus berjuang untuk hidup yang lebih bermakna… ^_^
-
Besak nian :
besar sekali
-
Iko : ini
-
Elok : baik;
bagus
-
Ayuk : kakak
perempuan
-
Sayo : saya
-
Ndak : akan;
mau
Jalanan kampus UNIB
Danau UNIB
Hutan danau
Rektorat UNIB
Suasana siang pinggiran danau
Danau GKB 1
Cemara Angin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^