Cari Blog Ini

Sabtu, 22 September 2012

"Jejak Kerinduanku Bagian 1"

Perjalanan selama satu jam Jakarta-Bengkulu terasa begitu lama bagi seorang yang sangat merindukan perjumpaan dengan sahabat-sahabat lama sepertiku. Ku lihat guratan pantai pasir putih yang begitu indah memanjang semakin lama semakin terlihat jelas dibawahku, pantai yang begitu asri dengan hamparan pepohonan cemara yang menghijau tempat kami dulu bermain-main pasir, bermain air atau bersepeda sekedar melepas penat saat jenuh menyapa ditengah padatnya aktivitas. Dalam hati aku berseru “sebentar lagi akan sampai Pantai Panjang sudah terlihat”, pantai yang terkenal terpanjang di Indonesia dengan garis pantai sekitar 7 km.


Saat menjejakkan kaki pertama di bumi Raflesia setelah dua tahun ku tinggalkan ada rasa bahagia memenuhi relung hatiku. Bahagia karena aku pernah disini menempa diri agar menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Ketika tiba aku segera menghubungi sahabatku tercinta yang pernah membersamaiku selama bertahun-tahun dalam sebuah halaqoh dia bernama Rani Asmara, ternyata dia sudah menungguku sejak dari tadi. Aku menunggu antrian pengambilan koper kesayangan, setelah beres barulah kami bertemu, pelukan harupun mengawali pertemuan kami.

Kami segera meluncur menuju kontrakannya yang tak jauh dari sana. Kontrakan yang cukup besar, ia tempati sendiri. Sebelumnya dia tinggal berdua bersama adik satu-satunya, sekarang adik tercintanya melanjutkan studi S2 di kota Bandung. Aku berseloroh dengan menggunakan bahasa Bengkulu “besak nian kontrakan iko dak ukh, eloknyo beduo” sahabatku menimpali “betigo lebih elok lagi ukh”  , kami tertawa dengan celotehan sendiri. Yah, mungkin sekedar ungkapan harapan yang sedang dinanti.

Malamnya kami banyak bercerita tentang masa lalu, juga tentang masa depan, ternyata ia juga sudah melanjutkan S2 di Universitas yang sama dengan S1nya UNIB, barokallah ya ukh, semoga dimudahkan semua urusannya.  Rasa kantuk bercampur lelah membuat kami akhirnya tertidur. Kami terbangun saat suara panggilan dari masjid mengingatkan untuk segera menunaikan sunnah sahur ramadhan. Hari itu sahabatku masih bekerja seperti kantor-kantor pemerintah yang lain, masih belum libur menjelang lebaran, sementara aku bersiap-siap mengunjungi sahabatku yang lain.

Ada rasa canggung ketika naik angkot menuju Kandang Limun Universitas Bengkulu, sudah cukup lama aku tinggalkan kota ini, kini aku kembali lagi sekedar untuk singgah melepas kerinduan. Kedatanganku di UNIB disambut rimbunan pepohonan nan hijau menyejukkan mata, suasana sepi, jarang sekali terlihat orang-orang melintas, aku baru tersadar ini adalah bulan agustus saat libur panjang kampus-kampus negeri, bertepatan dengan libur menjelang lebaran.

Aku segera menepi mencari sudut yang dulu pernah menjadi tempatku merenung. Tepat di pinggir danau di bawah rimbunan pepohonan aku duduk sambil memandang sekitar. Semilir angin menerpa wajahku, menggesekkan dedaunan  membunyikan alunan tentang kehidupan diiringi riak-riak air danau yang membentang dihadapanku menambah damainya suasana disiang itu. Andaikan saja aku datang lebih pagi, aku bisa mendengarkan kicauan burung yang hinggap di pepohonan dan terbang bebas kesana kemari seperti yang sering kami lakukan dulu ketika waktu kosong disela-sela kuliah atau praktikum sambil baca-baca buku atau ketika mentoring SQT (Studi Qur’an Terpadu) adik-adik baru, kegiatan yang setiap tahun menjadi agenda besar kami untuk mengentas buta huruf al-qur’an di tingkat perguruan tinggi. Setelah satu semester ada mentoring lanjutan yang dikhususkan lagi menjadi kelompok-kelompok baru.  Indahnya mengenang masa-masa itu, berharap apa yang ku lakukan dulu bermanfaat bagi orang lain.

Lama aku menikmati kesendirianku di tepi danau itu, menyelami masa lalu yang begitu bermakna dalam hidupku. Setelah puas aku segera menghubungi adik tingkatku yang sedang semester akhir disana, adik penerus perjuangan kami di LDF Pertanian yang bernama MGC (Moslem Generation Club). Sengaja aku tidak mengontaknya lebih dulu untuk “surprise”, beberapa saat aku mengunggu akhirnya dari arah belakang dikejauhan seseorang degan jilbab putih membalut wajahnya memakai gamis coklat melambai-lambaikan tangannya kearahku, dialah adikku tersayang Umi Salamah, yang dengan kesabarannya terus istiqomah dalam dakwah disaat yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Kami semakin dekat hingga akhirnya bertemu dalam pelukan hangat, sehangat jiwa kami selama bertahun-tahun tak bertemu.

Kami terduduk di hamparan rumput hijau di tepi danau itu melepas kerinduan, sambil bercerita perkembangan kampus dari mulai LDF, LDK, BEMF, BEMU, KAMMI, UKM P3 M, sampai HIMA “alhamdulillah sekarang semua kader yang pegang mbak” ungkapnya. Walaupun sebenarnya kami sering chatingan tapi tetap saja ingin mendengarkan ceritanya secara langsung supaya lebih memuaskan. Waktu mengalir begitu cepat melewati pucuk-pucuk pohon yang menjulang turun menyapa kami yang baru tersadar saat adzan ashar memanggil.

Tak ingin ketinggalan kamipun segera bergegas menuju masjid Kampus Darul Ulum (DU), melewati lorong-lorong rimbun nan asri, letaknya cukup jauh bila berjalan kaki karena berada di sudut kampus depan, dari rektorat tempat kami berada memakan waktu sekitar 15 menit. Waktu kuliah dulu kami sering melakukannya walau kadang terasa berat, hanya untuk menghadiri syuro LDK atau syuro KAMMI Tepi Barat UNIB atau acara lainnya. Sekarang kami cukup menempuhnya hanya 2 menit dengan sepeda motor. Tak ada yang berubah di masjid DU tempat best camp LDK UNIB, tetap memancarkan kesederhanaannya.

Waktu terus beranjak sore saat ada sebuah pesan masuk ”ayuk dimano kini? sayo ndak  ke UNIB, nyampe sekitar 15 menit lagi, kito ketemu di Lab. Agro ajo” sebuah pesan dari seorang adik tingkatku yang sedang pulang berlibur dari S2nya di kota Bogor. Seorang adik yang pernah mengingatkan aku untuk banyak tersenyum dengan setiap orang, namanya Helfi Saputra. Kami segera meluncur ke Lab. Agro (Laboratorium Agronomi) tempat kami melakukan berbagai percobaan dulu ketika kuliah. Suasana jalan-jalan kampus sepi karena hari sudah semakin sore. Akhirnya kami bertiga bertemu dan bercerita berbagai hal sambil melihat-lihat suasana sekitar Lab.

Ada yang menarik di sana yang baru ada sekarang “Rumah Anggrek” tapi sayang kami tidak bisa masuk, hanya melihat dari luar saja karena pintunya terkunci dan petugasnya sudah pulang. Aku sangat menyukai tanaman, bagiku tanaman adalah sumber kehidupan. Dia memberikan kehidupan bagi mahluk hidup lain dengan kemampuannya membuat makanan sendiri (Autotrof).

Sungguh mulia jika kita mengambil pelajaran dari tanaman, kita mestinya mampu memberikan manfaat bagi orang lain apapun kondisi kita, seperti sebuah ungkapan yang pernah ku tulis beberapa waktu lalu  ” Bila tak mampu menjadi pohon yang besar dan rindang, jadilah saja perdu yang mengokohkankan dan meramaikan, bila tak mampu menjadi perdu yang mengokohkan dan meramaikan, jadilah saja rumput yang menghijaukan permadani, bila tak mampu menjadi rumput yang menghijaukan permadani, jadilah saja lumut yang menyuburkan tanah gersang dan tandus, bila tak mampu menjadi garuda yang kuat terbang kemana pun, jadilah saja walet yang membuat sarangnya bermanfaat, bila tak mampu menjadi hujan yang membasahi bumi, jadilah saja embun yang meneteskan kesejukan dipagi hari. Menjadi apapun dirimu, jadilah yang bermanfaat bagi orang lain sesuai kemampuanmu...”
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" [HR. Thabrani dalam Al-Ausath].

Hari menjelang maghrib saat kami perlahan meninggalkan kampus, waktunya berbuka, kami segera mencari tempat untuk sekedar memenuhi hak jasad, alhamdulillah puasa yang ke 26 terlewati. Hari itu dilalui dengan sangat indah, sayangnya aku tak sempat bertemu dengan adik-adikku tercinta lainnya, ada sebagian mereka yang sudah mudik lebaran, mungkin kita belum diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu kembali, mudah-mudahan suatu hari nanti kita dipertemukan kembali adik-adikku. Aku sudah cukup terharu dan bahagia mendengar kabar baik MGC semakin gemilang dan banyak mengukir prestasi dari kader-kadernya, semoga Allah memberkahi kalian dan penerus-penerusnya nanti. aamiin.

                                                                              Wisma Mahabbah,
                                                                    Cikarang, 7 September 2012



Ctt:
Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku di LDK UNIB
dan adik-adikku di MGC-FP UNIB.
Terus berjuang untuk hidup yang lebih bermakna… ^_^

-          Besak nian : besar sekali
-          Iko : ini
-          Elok : baik; bagus
-          Ayuk : kakak perempuan
-          Sayo : saya
-          Ndak : akan; mau
Pantai Panjang Bengkulu

                                                               Jalanan kampus UNIB
                                                                   Danau UNIB
                                                                   Hutan danau
                                                                   Rektorat UNIB
                                                            Suasana siang pinggiran danau
                                                                 Danau GKB 1
                                                                  Cemara Angin           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^