Cari Blog Ini

Minggu, 11 Desember 2016

LELAKI ROMANTIS

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
 
Wajahnya tenang, sorot matanya teduh, tutur katanya bijak, penampilannya bersahaja. Sepanjang perjalanan meski macet berjam-jam tak pernah terdengar sedikitpun keluhan dari lisannya, pun dari tampilan wajahnya, stay cool. Bukan, saya tidak sedang jatuh cinta dengan lelaki itu, saya hanya menggambarkan tentang keselarasan antara batiniyah dan lahiriyah seorang ayah. Yaa beliau adalah seorang ayah yang membawa kami ke Monas seminggu lalu. 

Pernah suatu ketika di tol yang sangat macet beliau memanggil istrinya yang duduk di samping saya "dek pinjam hpnya mau lihat jalur mana yang gak terlalu macet" dan istrinya menjawab "sebentar yaa kak lagi asik dimainin dek Syabita nih". Saat itu saya agak kaget tapi hanya diam dan mencoba mencerna, saya tau usia pernikahan mereka terbilang sudah cukup dewasa, sekitar 11 tahun dan uniknya lagi sang istri lebih tua beberapa tahun dari sang suami. Kali ini saya belajar lagi secara langsung, tidak hanya membaca dari buku bahwa usia pernikahan dan tautan umur bukanlah penghalang untuk tetap romantis. 

Pun ketika tiba diantara jutaan lautan massa, lelaki itu tetap menunjukkan keromantisannya. Ia gendong putri kecilnya Syabita yang baru berusia tiga tahun sambil long march dari Planetarium Jakarta sampai Cikini dengan wajah yang tetap tenang. Kami terpisah rombongan dari beliau, saat masa mulai memadat saya dan istri beliau bersama dua orang lagi ibu-ibu tertinggal jauh di belakang, beliau bersama putrinya terus melaju ke depan dan hilang ditelan masa. Ketika hujan deras kami tidak tau bagaimana nasib putri kecil Syabita bersama ayahnya. 

Barulah ketika pulang kami mendapati Syabita di gendong lagi oleh ayahnya. Dengan wajah yang tetap tenang beliau bilang ke istrinya "dek tadi itu Masya Allah, pas hujan deras tiba-tiba ada yang kasih jas hujan buat Syabita, disuruh bawa pulang nih jasnya kayaknya masih baru, terus banyak sekali yang kasih makanan". Sepertinya tak banyak yang melakukan ini, saya memperhatikan dari jutaan massa yang ada di sana sangat jarang sekali seorang ayah membawa serta anaknya yang masih balita.

Belajar lagi dari sini, seorang ayah yang romantis tidak hanya membawa anak-anaknya pergi ke tempat-tempat indah ataupun ke mall-mall metropolitan, tetapi mengajak anak-anaknya ikut serta dalam perjuangan juga sisi lain dari romantis. Berharap dari sini tumbuh rasa cinta akan kebenaran pada diri sang anak. Kalau pepatah mengatakan "anak-anak yang dididik dalam suasana perjuangan akan tumbuh sebagai seorang pejuang" sebaliknya "anak-anak yang selalu dididik dalam suasana kesenangan akan tumbuh menjadi seorang yang takut berjuang dan takut kehilangan kesenangan". 

Nah ternyata romantis itu tak hanya kata-kata I Love You atau pemberian bunga atau hadiah di hari spesial. Meskipun itu juga sangat diperlukan dalam sebuah ikatan yang halal.

Barokallah fiikum...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

syukron...telah berkunjung ke blog ana...
semoga bermanfaat ya ^_^