Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Entahlah, bahkan aku tak tau lagi perasaanku sendiri.
Bersyukur, terharu, bahagia, sedih semuanya bercampur aduk. Tak pernah
menyangka secepat ini sampai ke Tanah Suci, rasanya masih mimpi. Tetapi saya
belajar, bahwa mimpi memang harus diperjuangkan dan dido'akan selebihnya
berpositif tinking kepada Allah. Banyak hal sulit yang harus dilewati, bahkan
seringkali air mata yang menjadi penguat ketika jalan itu terasa buntu.
Kalian tau? saya bukanlah orang yang mampu secara materi
untuk pergi ke sana, tetapi Allah yang telah memampukan saya untuk datang ke
Tanah Suci-Nya. Karena saya meyakini bila kita punya niat baik maka Allah yang
akan menunjukan jalan-Nya. Dan sekarang impian itu menjadi nyata Alhamdulillah. Benarlah ada kata bijak yang mengatakan "Allah akan memampukan orang yang dipanggil-Nya bukan memanggil orang yang mampu".
***
9 jam perjalanan mengudara di malam hari hanya bisa tertidur
2 jam, itupun tidak benar-benar pulas, beberapa kali terbangun. Entahlah
berkali-kali mencoba memejamkan mata tak berhasil juga. Beruntung ditemani Al
Qur’an, namun ketika mata sudah mulai perih ku alihkan membuka layar tivi yang
tersedia di depan kursi. Ada banyak program yang bisa dilihat salah satunya
sejarah islam, alhamdulillah bisa menambah wawasan.
Tepat pukul 22.00 WAS atau 02.00 WIB atas izin Allah kami tiba
di Jeddah. Pertama kali menginjakkan kaki di tanah Arab hawa panas mulai terasa.
Setelah melewati imigrasi kami semua bersiap-siap mengambil miqot: membersihkan
diri, mengenakan pakaian ihrom dan melapaskan niat, kemudian barulah naik bis
melanjutkan perjalanan menuju kota Mekkah Al Mukarromah, jarak antara 2 kota
ini sekitar 1,5 jam perjalanan. Tak sabar rasanya ingin segera menginjakkan
kaki di tanah Haram.
Dalam perjalanan ini kami disugukan makan sahur, sebenarnya
belum terlalu lapar, tetapi karena akan berpuasa esok hari akhirnya dipaksa
makan sedikit demi sedikit. Dalam perjalanan kami semua tertidur dan baru sadar
ketika bis sudah mulai memasuki kota Mekkah. Di depan sana terlihat jelas
gedung tertinggi: Zam-zam Tower.
Buru-buru kami membacad o’a memasuki kota Mekkah dibimbing oleh Muthowif. Bis
terus melaju mendekati zam zam tower dan itu artinya masjidil Haram juga
semakin dekat.
Dari jarak puluhan kilo meter terlihat ribuan orang yang
dominan berpakaian putih berjalan menuju masjidil Haram mereka akan menunaikan
sholat subuh berjamaah. Kalian tau mengapa mereka begitu bersemangat sholat
berjamaah di masjidil Haram? ya sholat di masjid ini adalah lebih utama 100.000
kali lipat dari pada masjid yang lainnya, apalagi dalam bulan ramadhan pahala dilipat
gandakan. Tetapi memanglah penuh perjuangan meski tempat tinggal dekat kita
harus datang 1 jam sebelum azan untuk bisa sholat di dalam masjid karena
antrian yang begitu panjang dan sistem buka tutup pintu masjid.
Selesai subuh kami langsung bersiap-siap thawaf, belum
sempat istirahat karena khawatir bila ditunda-tunda membatalkan rukun-rukun
umroh. Terbayangkan lelahnya perjalanan langsung thawaf tujuh putaran
dilanjutkan sa’i antara syafa dan marwah sebanyak tujuh kali dan dalam kondisi
berpuasa pula, namun jika diniatkan karena Allah semua rasa lelah itu hilang
seketika. Semua akan terbayar ketika pertama kali melihat ka’bah, entahlah aku
sendiri tak mampu menjelaskannya, hanya air mata yang dapat mewakili semua
perasaan.
|
Di sini lebih nyaman pakai cadar |
|
Setiap perjalanan pulang dari masjid sekitar pukul 6.30 burung-burung dengan ramah menyapa kami. |
Dalam menjalani hari yang begitu terik dan panjang, dengan
suhu mencapai 45 0 C sambil menahan lapar dan haus selama 15 jam,
dan kondisi tubuh yang lemah bertambah-tambah kami menyempatkan diri berkunjung
ke beberapa tempat, menapaki jejak-jejak perjuangan Rosulullah dan para sahabat
beliau, di sinilah hati merasa begitu dekat, ingin sekali rasanya berjumpa.
|
Jabal Tshur: tempat Nabi bersama Abu Bakar bersembunyi dari kejaran orang-orang kafir Qurais |
|
Bersama rombongan |
|
Jabal Rahmah; tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah berpisah ratusan tahun |
|
pakai kaca mata di sini bukan gaya-gayaan tapi karena tak kuat panasnya; bisa bikin mata perih |
|
Sambil menunggu antri masuk ke Masjidil Haram |
Hari ke empat, perjalanan berlanjut menuju kota Madinah, jarak
tempuh dari kota Mekkah ke Madinah
selama 6 jam. Sepanjang perjalanan hanya terlihat hamparan padang pasir yang
tak bertepi dan batu-batu cadas. Bila dilogikakan dari mana penduduk sana bisa
bertahan hidup? Di sini kita juga belajar bahwa kuasa Allah melampaui logika
manusia. Nyatanya penduduk sana hidup makmur sejahtera, tidak ada yang mati
kelaparan, dan saya juga tidak pernah menemukan pengemis dimanapun.
Kota Madinah; kota Nabi, saya jatuh cinta pada kota ini.
Kota yang tertata rapi, jalan-jalan, gedung-gedung semua tertata rapi. Tidak
boleh ada gedung yang tingginya melebihi menara Masjid Nabawi. Di masjid Nabawi
suasana begitu tenang, tertib. Di sini tidak ada sistem buka tutup pintu saat
memasuki waktu sholat namun keutamaannya hanya 1000 kali lebih utama
dibandingkan masjid yang lain. Tetapi dalam masjid ini ada suatu tempat
istimewa yang terletak ditengah masjid. Dialah Taman Surga; Raudhoh. Setiap
hari saya mengunjungi Taman ini dan mengukir rindu di sana.
|
antrian panjang masuk ke taman surga: Raudhoh pukul 01.00 WAS |
|
Kebun Kurma di Madinah |
|
Masjid Terapung di Jeddah; di atas Laut Merah |
Alhamdulillah…wa syukurilah…
Rasa syukur tak akan lupa, rasa haru iya. Dan mungkin juga
rasa sedih, kalian tau kenapa? karena dalam perjalanan ini kami tidak ditemani
mahram, sampai-sampai untuk melengkapi persyaratan kami terpaksa membuat surat
mahram yang meminjam kakak teman sebagai mahram. Sungguhlah menyedihkan, tetapi
rasa sedih itu tak akan mengurangi rasa syukur, setidaknya masih bisa
mendo’akan meski belum bisa membersamai. Dulu selalu bermimpi bila datang ke
tanah suci ini inginnya bersama mahram, tetapi apa daya takdir berkata lain,
kita hanya berencana Allah yang menentukan. Semoga suatu hari nanti mimpi itu
dapat terwujud.
Satu hal lagi sebagai pelajaran, bila punya niat baik maka
segerakanlah, jangan ditunda-tunda, dalam hal apapun. Jangan takut tak mampu, percayalah akan ada
jalan ketika kita sudah membulatkan tekad dan bertawakkal kepada Allah.
Maka berjalanlah kemanapun engkau mau, tetapi utamakanlah
datang ke dua kota suci ini; Mekkah Al Mukarromah dan Madinah Al Munawaroh maka
akan kau temukan kedamaian di sana. Satu hal terindah pula dapat menyaksikan secara
langsung jejak-jejak perjuangan Rosulullah SAW, para sahabatnya, para istri
beliau, jejak-jejak Nabi Ibrahim As, Nabi Ismail As, Siti Hajar, Nabi Adam As,
Siti Hawa. Sungguhlah berat perjuangan mereka. Kini mereka telah tiada, tetapi
sesungguhnya mereka hidup selamanya, di sisi Allah SWT.
Perjalanan ke dua kota suci ini pula adalah bukti cintamu
kepada Allah dan Rosulullah. Ya kalau tidak karena cinta mana mungkin susah
payah berjuang, menangis, bahkan hampir menyerah. Sungguhlah perjuangan umroh di bulan ramadhan
itu luar biasa, dari materi yang tidak sedikit, sampai tenaga yang harus
ekstra, tetapi percayalah Allah tak akan menyia-nyiakan cintamu kepada-Nya dan
Rosul-Nya.
Rosulullah bersabda;
“Jika Ramadhan tiba, berumrohlah saat itu, karena umroh
Ramadhan senilai dengan haji” (HR. Bukhari no 1782 dan Muslim no 1256).
“Sesungguhnya umroh di bulan Ramadhan seperti berhaji
bersamaku” (HR. Bukhori no 1863).
Siapa yang tidak ingin berhaji bersama orang yang dicintai? meski pada kenyataannya tak nampak secara kasat mata, tetapi pada hakikatnya kau bersama orang yang dicintai. Indah bukan?
Tetapi perlu dipahami bahwa umroh di bulan Ramadhan bukanlah
dapat menggantikan kewajiban berhaji, namun pahalanya setara dengan haji
bersama Rosulullah. Berhaji tetaplah menjadi kewajiban selama napas masih berhembus.
Barokallah fiikum...