Bismillah…
Perjalanan panjang, macet, ditambah muter-muter mencari
jalan akhirnya sampai juga di kota Banjar. Tujuan utama kami sebenarnya ke
lokasi bencana tanah longsor di Karang Kobar Kab. Banjar Negara mewakili
teman-teman SPI (Sekolah Perempuan Indonesia) untuk menjadi tim Trauma Healing
bagi para korban bencana. Namun karena berangkatnya bareng anak-anak PP KAMMI
dan kebetulan ada salah satu pengurus PP yang menikah di Banjar akhirnya kami
ikutan kondangan dan memang ada undangan juga sih buat anak-anak SPI. Sebelum
kondangan kami muter-muter pasar banjar dulu mencari logistik untuk dibawa ke
lokasi bencana. Setelah zuhur barulah kondangan. Kaget juga sih pas liat
pengantinnya :(
Untuk yang kedua kalinya muter pasar banjar mencari plastik
buat wadah logistik ternyata ngak ketemu juga akhirnya perjalanan menuju ke
lokasi bencana mundur jadi setengah empat sore. Jalanan cukup terjal di sisi
kanan kiri jurang dalam dan bukitan, untungnya sopir keliatan sudah piawai
dengan medan ekstrim seperti itu dan alhamdulillah akhirnya sampai dengan
selamat di lokasi jam 4.30 sore, kami segera singgah di posko KAMMDA Jogja,
disambut seorang akhwat dan tiga ikhwan. Kami berbincang-bincang menanyakan
keadaan para korban dan sejauh mana penanganannya, termasuk juga lembaga atau
LSM apa saja yang ikut andil selama ini.
Di sana banyak sekali posko termasuk posko
Rotary Yahudi dan posko Katolik, miris sekali, sepertinya mereka punya misi
yang lebih besar bukan sekedar membantu sesama. Dari pemaparan anak-anak KAMMI
bahwa mereka agak kesulitan mengkondisikan para korban untuk sekedar menunaikan
ibadah wajib apalagi belajar hal lainnya baik bapak-bapak, ibu-ibu maupun
anak-anaknya, mereka masih sangat trauma, ditambah motivasi belajar yang masih
sangat rendah.
Hikmah yang dapat saya ambil dari bencana ini adalah bahwa
bencana tersebut adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri, sebagaimana
firman Allah
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar-Rum:30). Saya melihat daerah ini adalah
daerah perbukitan yang sudah disulap menjadi perkebunan salak, padahal
seharusnya daerah perbukitan seperti itu ditanami pohon-pohon kayu yang akarnya
kuat untuk menahan tanah dari erosi dan menyimpan air agar tidak terjadi
longsor dan banjir disaat musim hujan dan kekeringan disaat kemarau, sedangkan
tanaman salak berakar serabut sehingga akarnya tidak mampu menahan erosi dan
menyimpan air. Yang kedua akibat manusia tidak pandai bersyukur, jangankan
bersyukur yang ada bermaksiat, akhlak dan prilaku sehari-hari masih jauh dari
nilai-nilai islam, ya kalau menurut warga sekitar, di sana terkenal dengan klenik dan judi,
sabung ayam, malah akhir-akhir ini juga marak berdiri karaoke. Sehingga wajar bila
kemudian Allah murka, maka Allah binasakan mereka akibat tangan-tangan mereka
sendiri.
Kondisi longsor di dusun Jemblung
Ada satu penomena ajaib yang saya temui langsung di sini,
ada sebuah rumah sederhana yang masih berdiri kokoh ditengah puing-puing
kehancuran, ternyata rumah tersebut milik seorang guru ngaji yang dengan ikhlas
mengajarkan ilmunya kepada anak-anak tanpa bayaran sepersenpun, meski tak banyak yang datang, namun setidaknya ia
sudah memulai melakukan perbaikan terhadap lingkungan sekitarnya. Kembali lagi
peran pemerintah dan orang-orang terdidik sangat diperlukan di sini, bukan
hanya sekedar terdidik namun yang mempunyai nilai-nilai peradaban yang tinggi
sehingga mampu membangun masyarakat yang madani.
Rumah ajaib atas kehendak Allah
Melihat kondisi yang sudah mulai aman dan banyaknya relawan
dari berbagai lembaga akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi stay di lokasi
yang sebelumnya direncanakan tiga hari. Logistik seperti selimut, alat tulis,
al qur’an dan iqro kami serahkan ke posko KAMMDA Jogja untuk disalurkan ke
pihak yang berhak. Menjelang magrib kami berpamitan melanjutkan perjalanan, kami
memutuskan untuk sowan ke KAMMI Komsat Tegal lanjut ke Semarang sowan ke SPI
Semarang sekaligus studi banding ke RISMA MAJT dan sowan ke KAMMDA Semarang
yang baru terpilih ketua baru.
Perjalanan berlanjut hingga ke Purwokerto, karena sopir
tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan akhirnya kami beristirahat di Pom bensin
Purwokerto sampai jam 3 pagi, setelah sholat barulah melanjutkan perjalanan
menuju Tegal. Tiba di Tegal jam 6 pagi singgah dulu ke rumah salah satu
pengurus pusat KAMMI sambil istirahat, setelah dijamu sarapan barulah meluncur
ke komsat Tegal. Banyak pelajaran yang didapat di sini, tentang semangatnya,
ukhuwahnya, dan pastinya dapat saudara-saudara baru.
Komsat KAMMI Tegal
Sorenya melanjutkan
perjalanan ke Semarang, dengan berganti bus, sementara teman-teman yang lain
melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Sebuah perjalanan yang tak terduga,
tanpa direncanakan sebelumnya. Saya jadi ingat beberapa minggu lalu terbersit
pengen ke Semarang lagi tapi kapan? Dan akhirnya sampai juga di Semarang jam 8
malam, kami segera dijemput Teman-teman SPI dan menginap di kosan mereka di
daerah UNDIP.
Pagi yang indah, langit Semarang cerah, secerah semangat-semangat kami untuk segera meluncur menuju ke MAJT; studi
banding ke RISMAnya, kalo ke sini kami mewakili teman-teman YIC Bekasi, di sini
kami sharing program, sumber pendanaan dan metode rekrutmen. Dan sebagai follow
up dari pertemuan kemarin kami membentuk Forum RISMA Sejawa, ini bertujuan
menjadi wadah sharing dan berbagi info apapun yang bermanfaat, harapannya
semoga masjid-masjid yang ada di Indonesia menjadi basis bangkitnya Pemuda
Islam.
alhamdulillah ngak nyangka kembali lagi ke sini, setelah rindu beberapa waktu lalu...
sebelum ketemu anak-anak SPI, singgah dulu di perpus UNDIP sambil menanti hujan, dan ternyata perpusnya uda tutup karena waktu sudah menunjukkan jam 16.30
hanya bisa melihat cover bukunya saja dari balik kaca :(
Sore sehabis hujan, diskusi sama teman-teman SPI Semarang sambil
menikmati santapan khas kota semarang bebek penyet :) . SPI Semarang baru di louncing
sekitar satu bulan lalu. SPI adalah wadah bagi para wanita Indonesia untuk
bergerak membangun Indonesia, khusus bagi remaja putri dan ibu-ibu namun tidak
menutup kemungkinan membuka peluang bagi kaum Adam untuk menjadi relawan.
Mengingat wanita adalah tolak ukur bagi kemajuan bangsa, maka SPI sangat
relevan untuk menjawab tantangan zaman, seperti pepatah “bila baik para
wanitanya, maka akan baiklah Negara tersebut, sebaliknya bila buruk para
wanitanya maka hancurlah Negara tersebut. SPI ini tidak bertujuan menghasilkan
ijazah, karena ia bukanlah sekolah formal, namun mengasah skill dan
profesionalisme para wanita guna mendukung pembangunan Indonesia.
Lesehan bersama teman-teman SPI Semarang, semangat mereka luar biasa :)
Dalam ADART SPI sendiri memiliki 4 fokus yang akan
dikembangkan yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan advokasi perempuan.
Dari hasil diskusi dengan teman-teman SPI semarang mereka akan memulai
pembangunan mulai dari bidang kesehatan dan ekonomi. Titik fokus di kawasan
tambak lorok kota Semarang, daerah yang dikenal terkumuh. Semoga usaha untuk
memperbaiki dan membangun bangsa ini diridhai Allah dan diberi kekuatan dan
keistiqomahan dalam perjalanannya.
Pagi masih secerah kemarin, kami
diajak menemani SPI Semarang on air di radio Semarang, ngak nyangka sampe juga
ke RRI Semarang. Meskipun baru di louncing, dan belum terlihat kinerjanya,
setidaknya mengenalkan ke masyarakat adalah langkah awal untuk melakukan
kerja-kerja nyata selanjutnya. Di sini bertemu dengan ibu penyiar yang luar
biasa menginspirasi, beliau juga sangat mengapresiasi adanya SPI, terimakasih
ibuuu, ah saya lupa namanya maafkan saya ibu, tapi saya akan selalu ingat wajah teduhmu :)
Terakhir mampir ke sentra oleh-oleh di jalan Pandanaran,
belanja oleh-oleh buat teman-teman. Bakda ashar segera meluncur ke terminal
Banyumanik pulaaang bersama teman-teman. Ada pengalaman yang tak terlupakan di sini
dan menjadikannya sebuah pelajaran yang sangat berharga. Jadi, ceritanya tiket bis kami dibeli oleh dua
orang teman saya di terminal banyumanik ketika saya dan sahabat saya satu lagi
ke RRI Semarang, kualifikasi tiket kelas VIP karena pertimbangan perjalanan
yang cukup jauh, di sana tertera keberangkatan jam 16.30, alhasil kami datang
lebih awal jam 15.30 karena khawatir tertinggal, lama menunggu sampai magrib
bis belum juga muncul, akhirnya kami sholat terlebih dahulu jamak taqdim, dari
tadi kami menanyakan kenapa bisnya belum datang? dan jauh sekali mundurnya dari jadwal yang telah ditentukan? jawaban
bapak itu sama sedang diperjalanan, yaa kami harus sabar menunggu, mungkin
macet, mungkin dan mungkin yang lainnya, akhirnya datanglah sebuah bis dan kami
segera dipersilahkan naik, dan alangkah kagetnya kami ketika masuk kondisi bis
tidak sesuai dengan pesanan: lusuh, bau rokok, dan segala macam rupa bau dan pemandangan, serta suara bising mesin yang sudah lawas, kamipun tidak jadi naik, kami komplain dengan
cara baik-baik, dan ternyata bapaknya ngak terima, terjadilah perseteruan
antara kami dan bapak-bapak itu. Alasannya bisnya rusak, tapi kenapa tidak ada
konfirmasi sebelumnya, ini menunjukkan ketidakprofesionalan mereka, terlihat
sekali kebohongan disitu, kata-kata mereka kasar, benar-benar aneh, kami yang
terzholimi malah mereka yang marah-marah, pengen sekali rasanya melabrak mereka,
tapi yah sudahlah kalau dilayani semakin menjadi. Sebenarnya tidak masalah
bisnya ganti asalkan sesuai harga dan tidak seenaknya mengoper penumpang. Dan bukan pula merasa hebat tidak mau merakyat, hanya saja tidak kuat dengan bau rokok yang bikin orang disekitarnya lebih menderita.
Saya cukup trauma dengan kejadian ini, saran saya buat
teman-teman bila ingin bepergian menggunakan bis atau travel carilah bis yang
sudah ternama dan membelinya di agen khusus, jangan membeli di terminal, karena
di terminal kebanyakan para calo yang tidak bertanggungjawab. Ciri-ciri agen
khusus: punya nama resmi, ada tiket resmi dan merek bisnya cuma satu tidak
macam-macam.
Saya kasih tau nama bis yang membuat saya benar-benar mengingat kejadian ini: namanya
Bis Safari, ini bukan menjelek-jelekkan hanya sebagai pelajaran agar menjadi
pertimbangan untuk memilih jasa bis yang akan kita tumpangi. Dan buat bis
Safari agar ini juga menjadi bahan evaluasi supaya kedepannya memperbaiki
pelayanannya. Karena dari cerita orang-orang ternyata bukan kami saja yang
merasakan jeleknya pelayanan bis Safari ini huhu..
Akhirnya setelah dinegosiasi oleh mantan ketua KAMMDA Semarang
barulah dapat bis yang sesuai pesanan meskipun bukan merek Safari, terimakasih
buat teman-teman KAMMDA Semarang yang telah banyak membantu, dan maaf telah merepotkan. Waktu
menunjukkan jam 20.30 saat bis pengganti datang, dan ternyata
sopirnya sudah tua banget :(
sebenarnya agak ngeri jugasih tapi yaa mau gimana lagi, yaa sudahlah…bismillah…perlahan
kami meninggalkan kota Semarang dengan berbagai pengalaman unik…
Dan ternyata tahun sudah berganti ketika kami masih dalam
perjalanan, tidak ada yang istimewa sih, hanya menggantungkan harapan-harapan
kepada Yang Maha Mengabulkan Harapan…semoga Allah berkenan menghimpun yang
masih terserak, memberi jalan keluar atas semua kesulitan, mempertemukan rindu
dengan rindu yang sama, meridhai atas semua yang dilakukan…aamiin…